Gedung Bursa Efek Indonesia (Foto: RMOL/Reni Erina)
Kumbanews.com – Viral di media sosial, salah satu produsen rokok terbesar di Tanah Air, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) melakukan perpisahan dengan ribuan karyawannya yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Belum ada kejelasan kapan sebenarnya momen perpisahan tersebut terjadi atau kapan tepatnya video tersebut diunggah pertama kali, tetapi kabar ini tentu menjadi duka bagi sektor ketenagakerjaan Indonesia.
Tagar Gudang Garam menggema di media sosial dalam beberapa hari ini.
Disebutkan bahwa melandainya daya beli dan ekonomi nasional membuat penjualan dan produksi rokok turun sehingga perusahaan tidak punya pilihan lain selain melakukan PHK.
Laporan tahunan milik Gudang Garam menyebutkan bahwa karyawan yang dipekerjakan menurun. Pada 2019, jumlah karyawan total 32.491. Namun pada 2024 menjadi 30.308.
Meskipun jumlah karyawan sempat mengalami kenaikan pada 2021 dan 2024, pada akhirnya jumlah karyawan selama lima tahun terakhir tersebut tetap menurun.
Penurunan jumlah karyawan ini sejalan dengan fluktuasi volume penjualan rokok Gudang Garam selama lima tahun terakhir.
Kinerja Gudang Garam khususnya pada setahun terakhir mengalami tekanan.
Pada akhir 2024, Gudang Garam meraup laba bersih Rp980,80 miliar, laba terendah jika ditarik mundur 10 tahun ke belakang.
Laba Gudang Garam 2024 itu turun dari raihan Rp5,32 triliun pada akhir 2023. Hal itu tidak lepas dari lesunya penjualan Gudang Garam.
Di Semester I-2025, Gudang Garam mencatat laba bersih sebesar Rp 117,1 miliar, anjlok 87,3 persen dari periode sebelumnya.
Mengutip laporan keuangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut karena pendapatan Emiten milik keluarga Susilo Wonowidjojo berkode GGRM ini hingga Juni 2025 turun 11,4 persen menjadi Rp 44,3 triliun dari perolehan Juni 2024 yang sebesar Rp 50,01 triliun.
Biaya pokok pendapatan juga turun menjadi Rp 40,5 triliun. Maka laba kotor GGRM hingga Juni 2025 turun menjadi Rp 3,7 triliun dari Juni 2024 yang sebesar Rp 5,06 triliun.
Laba usaha GGRM hingga semester pertama juga anjlok signifikan menjadi Rp 513,7 miliar dari Juni 2024 yang sebesar Rp 1,613 triliun.
Segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM) menjadi salag satu yang tertekan. Segmen yang menyumbang 39,73 triliun, justru turun 10,76 persen (YoY).
Segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) juga melambat menjadi sebesar Rp3,94 triliun, turun 19,54 persen YoY.
Beban pokok GGRM tercatat sebesar Rp40,58 triliun, turun 9,72 persen. Masih dari laporan keuangan, beban terbesar GGRM berasal dari pita cukai, PPN dan pajak rokok.
Beban pita cukai, PPN dan pajak rokok GGRM tercatat sebesar Rp32,89 triliun pada semester I/2025, turun 13,85 persen (YoY).
Sumber: RMOL