Kumbanews.com – Mantan juru bicara Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Adhie Massardi, menyebut konflik internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) antara kubu yang kerap disebut “Sultan” dan “Kramat Raya” sebagai konflik paling memalukan dalam sejarah organisasi keagamaan tersebut.
Menurut Adhie, kesalahan terbesar dalam konflik PBNU adalah ketika penyelesaiannya dibawa ke jalur hukum. Ia menegaskan, NU merupakan organisasi moral dan keagamaan, sehingga tidak bisa disamakan dengan organisasi politik.
“Keliru besar kalau konflik ini diselesaikan lewat jalur hukum. Ini organisasi keagamaan, bukan politik. Kalau di politik bukan soal benar atau salah, tapi menang atau kalah. Di organisasi keagamaan, yang benar itu pasti menang,” ujar Adhie dalam keterangannya, Selasa, 23 Desember 2025.
Adhie menilai akar persoalan konflik PBNU bukan semata soal teknis pengelolaan tambang, melainkan krisis moral di kalangan pengurusnya. Ia mengaitkan hal tersebut dengan penyerahan konsesi tambang kepada NU oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia atas arahan Presiden Joko Widodo.
“Bayangkan saja presiden bilang, ‘Lil, NU dikasih tambang biar seru,’” ujar Adhie menyindir.
Situasi menjadi kian rumit karena, kata Adhie, di internal PBNU terdapat lebih dari satu kepemimpinan dan kepentingan. Ketika kewenangan pengelolaan tambang hendak diserahkan kepada pihak tertentu, muncul penolakan dari kelompok lain di tubuh organisasi, sehingga konflik semakin melebar.
Dalam kesempatan itu, Adhie juga mengenang peristiwa personal saat mendampingi Gus Dur di Istana Negara. Ia menceritakan bagaimana Gus Dur pernah memanggilnya bersama Gus Yahya untuk membicarakan kondisi NU yang kala itu membuat sang tokoh bangsa terpukul.
“Gus Dur cerita terbata-bata soal NU. Dia bilang ada pimpinan NU yang menerima suap. Saya sempat bilang, ‘Isu kali, Gus’,” kenang Adhie.
Namun kekecewaan Gus Dur ternyata sangat mendalam. Menurut Adhie, Gus Dur bahkan sampai menitikkan air mata karena merasa NU telah kehilangan nilai moral yang menjadi fondasi perjuangannya.
“Gus Dur bilang, kalau jabatan saya sebagai presiden dikomersilkan, saya bisa terima. Tapi PBNU ini kan yang dibangun kakek saya. Itu saya tidak terima. Nangis dia,” pungkas Adhie. (***)





