Kumbanews.com – Memiliki teman introvert bukan persoalan. Namun, ketika sikap tertutup dibarengi perilaku toxic seperti sindiran halus, sikap pasif-agresif, hingga manipulasi emosional, pertemanan berpotensi menjadi tidak sehat dan melelahkan secara mental.
Psikolog menegaskan, introvert dan toxic adalah dua hal berbeda.
Introvert berkaitan dengan cara seseorang mengelola energi sosial, sementara toxic merujuk pada pola perilaku yang merugikan orang lain.
“Tidak semua introvert bersikap toxic, dan perilaku menyakitkan tidak bisa dibenarkan dengan alasan kepribadian,” ujar seorang psikolog komunikasi interpersonal, Rabu (24/12).
Dalam banyak kasus, teman introvert yang bersikap toxic kerap mengekspresikan ketidaknyamanan lewat diam berkepanjangan, sindiran, atau membuat orang lain merasa bersalah tanpa komunikasi yang jelas. Pola ini dinilai berbahaya jika berlangsung lama karena dapat menurunkan kepercayaan diri dan kesehatan mental.
Psikolog menyarankan komunikasi langsung namun tetap tenang. Menyampaikan perasaan secara jujur, fokus pada perilaku, serta menetapkan batasan yang tegas menjadi langkah utama. Batasan disebut sebagai bentuk perlindungan diri, bukan tindakan egois.
Jika perilaku toxic terus berulang meski sudah dikomunikasikan, menjaga jarak dinilai sebagai pilihan rasional.
“Tidak semua hubungan harus dipertahankan. Kesehatan mental harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Masyarakat juga diimbau agar tidak mudah memberi label negatif pada individu introvert. Namun, perilaku yang konsisten menyakiti orang lain tetap perlu disikapi secara tegas, siapa pun pelakunya.
Editor: Fyla Abdul





