Kumbanews.com – Kelompok mahasiswa Papua yang sempat berdemonstrasi di depan Istana Negara sudah bertemu dengan Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin.
Tidak dijelaskan secara detail, namun pertemuan itu disebutkan dilakukan di Kantor Staf Presiden, Jumat (30/8).
Ngabalin mengatakan, ada dua hal yang menjadi perhatiannya dari pertemuan dengan perwakilan mahasiswa itu.
Pertama, anak-anak muda Papua itu tidak tahu bendera yang mereka kibarkan adalah bendera Bintang Kejora, simbol perlawanan pada Republik Indonesia.
“Ada sekitar tujuh orang tidak tahu apa itu (bendera) Bintang Kejora. Mereka bilang: O, itu dilarang ya,” kata Ngabalin.
Catatan kedua, kegiatan demonstrasi di depan Istana Merdeka adalah sebuah spontanitas.
“Polisi juga memiliki strategi yang bagus. Mereka mengerti psikologi bagaimana menangani demonstrasi seperti kemarin,” puji Ngabalin.
Bagaimana dengan teriakan-teriakan “Referandum” dalam aksi tersebut?
Mengenai hal ini, Ngabalin mengatakan, hal itu bisa diartikan meminta agar Jakarta dan Papua melibatkan pihak ketiga, yakni asing, untuk menyelesaikan masalah yang ada.
“Saya berkali-kali mengatakan, jangan ada orang separatis main di tengah situasi seperti ini. Karena dia akan berhadapan dengan seluruh rakyat Papua,” masih kata Ngabalin.
“Papua adalah tanah yang dijanjikan Tuhan. Surga yang jatuh di tanah Papua penuh dengan cinta dan kasih sayang,” demikian Ngabalin. [rm]