Kumbanews.com – Sebanyak 135 tenaga kesehatan mulai dari dokter, perawat hingga tenaga laboratorium di Jawa Timur terinfeksi COVID-19. Meski di RS telah ada protokol untuk melindungi tenaga kesehatan, namun penularan ternyata bisa terjadi di mana saja.
“Kasihani kami, kasihani tenaga kesehatan kami. Di Soetomo itu sudah ada prosedur bagaimana melindungi tenaga kesehatan. Kita ketat sekarang, sudah dari awal kita ketat makanya kita berupaya semaksimal mungkin melakukan tracing internal, itu pun masih ada yang kena. Karena tidak kena di RS, kena di masyarakat,” ujar Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Jatim dr Joni Wahyuadi di Surabaya, Jumat (29/5/2020).
Joni mengatakan banyak rekannya yang juga terinfeksi COVID-19. Pihaknya menyebut jika penularan ini tidak bisa dihentikan, tenaga kesehatan juga lama-lama tak akan mampu.
“Jadi ada kawan saya yang kena COVID-19, alhamdulillah baik. Ada kawan penting kami sudah kena, alhamdulillah dalam kondisi OTG, isolasi. Bahkan ada seorang guru besar kena. Ini tidak bisa terus selesai kalau di hulu tidak dihentikan, kami tidak akan mampu,” ungkap Joni yang juga menjabat Direktur RSU dr Soetomo.
“Saya ndak tahu kalau di hulunya mengalir deras itu jadi berapa, apa nanti 1.400 bed itu pasien COVID-19 semua? Nanti akan berbahaya pada tenaga kesehatannya, karena kita tidak akan pernah mampu untuk merawat sebegitu banyak,” imbuhnya.
Menurut Joni, secara teoritis penderita COVID-19 bisa sembuh sendiri dan pandemi seharusnya mudah dihentikan. Namun, karena pembawa virusnya manusia, Joni mengaku hal ini yang membuatnya menjadi rumit.
Secara teoritis pandemi virus itu gampang nyetopnya karena dia penyakit yang bisa sembuh sendiri. Pembawanya disembunyikan. Celakanya untuk COVID-19 ini pembawanya manusia, bagaimana supaya berhenti? Dipisahkan yang sehat dan yang sakit, yang namanya isolasi,” papar Joni
Tak hanya itu, langkah isolasi ini juga gampang-gampang susah dilakukan. Karena manusia yang diisolasi merupakan makhluk sosial yang butuh berinteraksi dengan orang lain..
“Isolasi berdampak memang karena manusia ndak bisa diisolasi. Karena dia makhluk hidup sosial yang berinteraksi dengan yang lain untuk kehidupannya. Ada efek itu. Untuk itu Pemprov Jatim melakukan apa yang disebut social safety. Jadi filosofinya seperti itu, makanya RS Soetomo itu kita kembangkan terus,” pungkas Joni.(dt)