Kumbanews.com – Kabupaten Bulukumba yang dikenal dengan sebutan bumi panrita lopi ternyata memiliki potensi pertanian yang sangat prospektif. Areal perkebunan yang cukup besar belum dimanfaatkan secara maksimal. Pertanian dan praktik cocok tanam warga masih dilakukan secara konvensional. Hasil pertanian lebih diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan pangan semata.
Hanya memang sektor ini kurang mendapat perhatian pemerintah beberapa tahun terakhir. Pemerintah daerah lebih fokus menggenjot sektor pariwisata yang memang menjadi salah satu destinasi penting di Sulsel. Sektor pertanian dikelola secara normative saja. Nyaris taka da terobosan dan inovasi. Padahal jika disentuh sedikit saja, sektor pertanian akan menjadi lokomotif baru pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat Bulukumba.
Fenomena ini juga sedang dipikirkan H Andi Muchtar Ali Yusuf, salah satu kandidat bupati Bulukumba. Pria yang akrab disapa Andi Utta itu mewacanakan program revolusi tani untuk Bulukumba. Revolusi dimaknai sebagai sebuah gerakan pembaruan pengelolaan sektor pertanian. Pertanian yang selama ini dilakukan ala kadarnya, akan dikembangkan menjadi pertanian modern.
Revolusi tani merupakan suatu cara dan atau teknik untuk meningkatkan hasil produksi perkebunan secara drastis. Cara ini diyakini sangat tepat dilakukan jika ingin meningkatkan kesejahteraan petani, melalui peningkatan hasil dan kualitas produksi perkebunan masyarakat.
“Revolusi tani itu dilakukan dengan menanam komoditas unggul yang memiliki pangsa pasar yang jelas. Dengan begitu, hasil produksi pertanian akan melimpah dan kesejahteraan petani juga akan meningkat,” kata Andi Utta di kediamannya di Tanete Kecamatan Bulukumpa, Selasa (04/08/2020).
Ide revolusi tani ini ditemukan setelah pria berlatar belakang pengusaha ini melakukan diskusi dengan warga dalam kunjungannya ke beberapa desa dan kecamatan di Bulukumba. Ia mengatakan masyarakat Bulukumba sangat berharap bisa lebih sejahtera dan mendapatkan penghasilan yang jauh lebih baik.
Menurut Andi Utta, pihaknya akan melibatkan akademisi dalam memilih komoditas unggul yang potensial dikembangkan di sektor pertanian. Menurut dia, banyak komoditi buah-buahan yang cocok dikembangkan di daerah ini. Mulai dari nangka, mangga, pisang, dan lainnya. Dengan revolusi tani, Bulukumba bisa menjadi sentra produksi pertanian di Sulsel. Sasarannya bukan hanya untuk konsumsi masyarakat Sulsel, tetapi juga bisa dikirim ke daerah lain. Bahkan tidak menutup kemungkinan bisa menjadi komoditi ekspor.
Pria yang memang gemar menanam ini juga sudah mencoba membudidayakan beberapa tanaman bibit unggul. Bahkan saat ini, ia sedang membebaskan lahan seluas 200 hektare di Bulukumba yang akan dijadikan areal perkebunan untuk komoditi unggulan. Areal perkebunan ini akan menjadi percontohan untuk pembudidayaan tanaman unggul. Andi Utta yang akan berpasangan dengan Edy Manaf itu juga sudah melakukan penanaman secara sampling beberapa jenis tanaman buah. Mulai dari durian musangkin, buah nangka, serta tanaman perkebunan lainnya. Semuanya menunjukkan betapa produktifnya tanaman yang ia kelola dengan menggunakan bibit unggul.
Menurut dia, untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil perkebunan masyarakat, maka dibutuhkan perubahan pola pikir dan pengetahuan teknis dalam mengelola lahan perkebunan yang bisa menghasilkan produksi meningkat sampai dua kali lipat dari produksi sebelumnya. Perubahan pola pikir dan pengetahuan teknis untuk meningkatkan hasil dan kualitas produksi perkebunan tersebut, bagi Andi Utta merupakan implementasi dari konsep revolusi tani.
Dirinya mengaku, ilmu dan cara berkebun tersebut ia dapatkan dengan banyak belajar dari negara-negara yang pernah ia kunjungi. Jika negara Thailand dan Malaysia hasil perkebunannya bisa lebih produktif. Ia yakin Indonesia, khususnya di Bulukumba pasti juga bisa. Sebab ini soal pengetahuan dan teknik berkebun saja yang mesti dimiliki oleh masyarakat.
“Jadi saya tidak sekadar bicara soal pentingnya revolusi tani guna meningkatkan kesejahteraan warga, tetapi apa yang saya ucapkan bisa saya buktikan, karena pengetahuan dan tekniknya saya miliki. Jadi bukan hanya dicerita, tetapi harus dikerja,” tegasnya.
Kelak jika dirinya diberi amanah untuk mengabdi di Bumi Panrita Lopi, ia akan mengajak para petani untuk berkunjung kebeberapa tempat yang memang memiliki produksi perkebunan yang baik. Bukan hanya untuk melakukan studi banding dan atau studi tiru, akan tetapi jika perlu memagangkan petani agar memiliki pola pikir dan pengetahuan teknis tentang cara mengelola perkebunan yang jauh lebih produktif. Dengan begitu, petani bisa produktif dua sampai lima kali lipat hasil pertaniannya dalam lima tahun ke depan. (*)