Kumbanews.com – Aksi melangkahi pendiri NU Bisri Syansuri, Calon Wakil Presiden pasangan Prabowo Subianto, Sandiaga Uno dikecam. Awalnya dari Pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Candra Malik.
Candra Malik mempertanyakan pengetahuan Sandiaga tata cara berziarah. Pasalnya, Candra mendapati Sandiaga melangkahi salah satu makam tokoh Islam.
Pertanyaan Candra dilontarkan usai melihat video Sandiaga yang tengah berziarah di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Berusaha meyakini, Canda pun menanyakan langsung hal tersebut ke akun Twitter Sandiaga @sandiuno.
Sebenarnya siapa Bisri Syansuri?
Dikutip dari berbagai sumber, Bisri Syansuri lahir di Pati, Jawa Tengah, 18 September 1886 dan meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 April 1980 pada umur 93 tahun. Bisri Syansuri seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
Bisri Syansuri adalah pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang dan terkenal atas penguasaannya di bidang fikih agama Islam. Bisri Syansuri juga pernah aktif berpolitik, antara lain sempat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mewakili Masyumi, menjadi anggota Dewan Konstituante, ketua Majelis Syuro Partai Persatuan Pembangunan dan sebagai Rais Aam NU.
Bisri Syansuri memperoleh pendidikan awal di beberapa pesantren lokal, antara lain pada KH Abdul Salam di Kajen, KH Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang, KH Kholil di Bangkalan, dan KH Hasyim Asy’arie di Tebu Ireng, Jombang. Saat belajar tersebut ia juga berkenalan dengan rekan sesama santri, Abdul Wahab Chasbullah, yang kelak juga menjadi tokoh NU.
Di sisi pergerakan, Bisri Syansuri bersama-sama para kiai muda saat itu antara lain KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Mas Mansyur, KH Dahlan Kebondalem, dan KH Ridwan, membentuk klub kajian yang diberi nama Taswirul Afkar (konseptualisasi pemikiran) dan sekolah agama dengan nama yang sama, yaitu Madrasah Taswirul Afkar. Bisri Syansuri adalah peserta aktif dalam musyawarah hukum agama, yang sering berlangsung di antara lingkungan para kiai pesantren, sehingga pada akhirnya terbentuklah organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Keterlibatannya dalam upaya pengembangan organisasi NU antara lain berupa pendirian rumah-rumah yatim piatu dan pelayanan kesehatan yang dirintisnya di berbagai tempat.
Pada masa penjajahan Jepang, Bisri Syansuri ini terlibat dalam pertahanan negara, yakni menjadi Kepala Staf Markas Oelama Djawa Timur (MODT), yang berkedudukan di Waru, dekat Surabaya.
Pada masa kemerdekaan ia pun terlibat dalam lembaga pemerintahan, antara lain dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), mewakili unsur Masyumi (tempat Nahdlatul Ulama tergabung secara politis). Bisri Syansuri juga menjadi anggota Dewan Konstituante tahun 1956, hingga ke masa pemilihan umum tahun 1971.