Kumbanews.com – Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti mengatakan masyarakat kecewa berat dengan disahkan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Sehingga menurut Ray, ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah. Karena mahasiswa melakukan ujuk rasa besar-besaran menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja tersebut.
“Ini sejarah pertama kali dalam pemerintahan Jokowi ada aksi terbesar,” ujar Ray dalam diskusi yang diselenggarakan secara virtual di Jakarta, Sabtu (17/10).
Bahkan menurut Ray, aksi unjuk rasa tolak UU Cipta Kerja tersebut mengalahkan aksi 411 dan 212 yang melakukan demo pada 2016 silam. Karena masyarakat dan mahasiswa, kompak melakukan unjuk rasa di beberapa kota-kota besar.
“Kalau di Jakarta tentu tidak sebanyak 411 atau 212. Namun kalau dikalkulasi seluruh Indonesia bisa juga jumlahnya sangat besar,” katanya.
Oleh sebab itu, adanya ujuk rasa tersebut sudah menunjukan masyarakat kecewa berat dengan ‘ngototnya’ Presiden Jokowi dan DPR dalam mengesahkan UU Cipta Kerja tersebut.
Apalagi ditambah dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang menolak UU Cipta Kerja itu. Harusnya sinyal ini ditangkap oleh Presiden Jokowi, karena terlalu banyak penolakan.
“Ini warning penting atau sinyal penting kepada pemerintahan Jokowi,” tegasnya.
Bahkan menurut Ray, banyak aksi-aksi penolakan UU Cipta Kerja dengan tidak melakukan unjuk rasa. Itu seperti para akademisi dan tokoh lintas agama yang melakukan gerakan tolak Omnibus Law tersebut.
“Ini melibatkan semua kelompok seperti NU dan Muhammadiyah yang menyatakan keberatan mereka terhadap UU ini,” pungkasnya. (*)