Jalaludin Rakhmat tahun 2012, memegang mikropon.
Kumbanews.com – Tokoh Syiah di Indonesia, Jalaludin Rakhmat, mempertanyakan anggapan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap Syiah. Kang Jalal, begitu dia biasa disapa, tidak sepakat dengan anggapan MUI yang menyebut Syiah sebagai kelompok revolusioner yang perlu disikapi hati-hati.
“Kenapa MUI menuding Syiah sebagai kelompok dalam Islam yang revolusioner? Kenapa MUI memprediksi pemerintah akan repot di kemudian hari jika memberi kebebasan terhadap kelompok Syiah di Indonesia?” kata Jalal kepada wartawan, Jumat (25/12/2020).
Ketua Dewan Syura Ikatan Jemaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) ini menuntut MUI membuktikan bahwa Syiah dan Ahmadiyah melakukan tindak kekerasan. Menurut Jalal, pihak yang selama ini menjadi korban kekerasan justru Syiah dan Ahmadiyah.
“Selama ini siapa yang melawan pemerintah dan bikin repot aparat? Siapa teroris yang memecah belah umat? Siapa yang demo besar-besaran untuk mengganti Pancasila dan mendirikan khilafah? ISIS itu mazhabnya apa?” kata Jalal, yang merupakan mantan anggota DPR dari PDIP.
Sebelumnya, MUI mengomentari sikap Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang akan mengafirmasi (mengakui) kelompok Syiah di Indonesia. MUI melalui Wakil Ketua Umum Anwar Abbas meminta agar Menag berhati-hati terhadap masalah Syiah. Ini adalah masalah sensitif.
Selanjutnya, pandangan MUI yang dipertanyakan Jalal:
Anwar mengingatkan bahwa pemerintah harus membuat kebijakan yang baik bukan untuk hari ini saja, tetapi juga baik untuk masa depan.
“Apa beda Sunni dengan Syi’i (Syiah)? Kalau Syi’i itu lebih apa, lebih keras, lebih revolusioner, pasnya mereka lebih revolusioner. Coba saja lihat di negara Sunni, ndak revolusioner, istilahnya moderat saja. Wataknya Sunni itu sudah begitu. Syiah nggak moderat, keras, revolusioner,” papar Waketum Anwar Abbas kepada wartawan, Jumat (25/12).