Warga Uighur Demo Di Depan Kedubes China Di Turki: Bebaskan Keluargaku

  • Whatsapp

Kumbanews.com – Sekelompok warga Uighur yang hingga kini mengaku belum menerima kabar apa pun dari keluarga mereka yang tinggal di Xinjiang, melakukan aksi protes di luar Kedutaan Besar China di Turki, Jumat (5/2) waktu setempat.

Anadolu melaporkan, dalam aksinya para pendemo bahkan ada yang membawa spanduk bertuliskan: ‘Di mana Keluargaku?’ dan ‘Bebaskan Keluargaku’.

Bacaan Lainnya

Juru bicara aksi, Mirzehmet Ilyasoglu, meminta dunia untuk bersuara melawan kejahatan terhadap kemanusiaan itu. Dia mengatakan, bahwa protes lain yang mereka mulai di luar Konsulat Jenderal China di Istanbul telah memasuki hari ke-46.

Kepala Persatuan Pegawai Administrasi Khusus dan Kota Turki cabang Ankara, Hanefi Sinan, yang ikut menjadi peserta aksi, mengatakan mereka tidak bisa tinggal diam terhadap penindasan yang di mana pun di dunia ini.

Wilayah Xinjiang di China adalah rumah bagi sekitar 10 juta orang Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

China sendiri telah meningkatkan pembatasannya di wilayah tersebut dalam dua tahun terakhir. Mereka disebut telah melarang pria menumbuhkan janggut dan melarang wanita mengenakan kerudung. Menurut laporan The Wall Street Journal, China juga dituding telah memperkenalkan apa yang oleh banyak ahli dianggap sebagai program pengawasan elektronik paling luas di dunia.

Hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dipenjara dalam jaringan kamp pendidikan ulang politik yang meluas, menurut pejabat AS dan pakar PBB.

Human Rights Watch dalam laporannya pada 2018 merinci kampanye pemerintah China tentang “penahanan sewenang-wenang massal, penyiksaan, indoktrinasi politik paksa, dan pengawasan massal terhadap Muslim Xinjiang.”

Sementara China, bagaimanapun, telah berulang kali membantah tuduhan bahwa mereka mengoperasikan kamp penahanan di wilayah otonom barat lautnya, sebaliknya mereka mengklaim bahwa pihaknya telah ‘mendidik ulang’ orang-orang Uighur.[rm]

Pos terkait