Kumbanews.com – Afghanistan kini menjadi isu utama dunia terutama sejak Presiden Amerika Serikat Joe Biden memutuskan menarik tentaranya dan akhirnya pasukan Taliban pun menguasai negara ini.
Taliban akhirnya telah mendapatkan kembali kendali atas kekayaan sumber daya alam negara ini yang dikabarkan mencapai setidaknya US$ 3 triliun atau sekitar Rp 43.500 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$), seperti yang pernah dikatakan mantan Menteri Pertambangan Afghanistan, melansir dari Reuters, dikutip Senin (23/08/2021).
Perkiraan itu dibuat menjelang akhir siklus super komoditas terakhir pada 2010 lalu dan bisa bernilai lebih besar di masa sekarang, setelah pemulihan ekonomi global dari guncangan virus corona yang membuat lonjakan harga sejumlah komoditas, dari tembaga hingga lithium tahun ini.
Afghanistan merupakan negara kaya akan sumber daya tambang, seperti tembaga, emas, minyak, gas alam, uranium, bauksit, batu bara, bijih besi, logam tanah jarang, lithium, kromium, timah, seng, batu permata, bedak, belerang, travertin, gipsum, hingga marmer.
Mengutip Reuters, berikut rincian dari sejumlah sumber daya utama Afghanistan:
1. Tembaga
Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan pada 2019 melaporkan bahwa sumber daya tembaga negara ini mencapai hampir 30 juta ton. Namun, dikabarkan masih ada sekitar 28,5 juta ton tembaga dalam deposit porfiri yang belum ditemukan. Dengan demikian, ada sekitar hampir 60 juta ton sumber data tembaga di Afghanistan. Bila dikaitkan dengan harga tembaga saat ini, maka nilai sumber daya ini bisa mencapai ratusan miliar dolar.
Salah satu kosorsium perusahaan China, Metallurgical Corp of China (MCC) dan Jiangxi Copper, menggarap proyek tembaga terbesar di negara itu, tepatnya Mes Aynak, pada 2008 untuk kurun waktu 30 tahun.
2. Bijih Besi
Komoditas tambang lainnya yang besar di negara ini yaitu bijih besi. Afghanistan melaporkan memiliki lebih dari 2,2 miliar ton bijih besi, atau senilai US$ 350 miliar pada harga saat ini.
3. Emas
Negara ini juga memiliki sumber daya emas, setidaknya berjumlah 2.700 kilo gram (kg) atau senilai sekitar US$ 170 juta.
4. Logam Dasar
Afghanistan juga memiliki sejumlah logam mineral dasar seperti aluminium, timah, timbal, maupun zinc/ seng.
5. Lithium dan Logam Tanah Jarang
Pada 2010 Departemen Pertahanan AS mengeluarkan memo yang menggambarkan Afghanistan sebagai “the Saudi Arabia of Lithium” yang berarti itu bisa sama pentingnya untuk pasokan global logam baterai seperti negara Timur Tengah untuk minyak mentah.
Perbandingan itu dibuat pada saat lithium sudah banyak digunakan dalam baterai untuk perangkat elektronik, tetapi sebelum gencarnya isu lithium yang bisa digunakan untuk baterai kendaraan listrik (EV) dan transisi rendah karbon dunia.
Laporan dari Survei Geologi AS pada 2017/2018 mencatat bahwa Afghanistan memiliki deposit spodumene, mineral yang mengandung lithium, tetapi tidak memberikan perkiraan secara tonase, sementara laporan Afghanistan 2019 tidak menyebutkan lithium sama sekali.
Namun, laporan Kementerian Pertambangan pada 2019 mengatakan bahwa Afghanistan memiliki 1,4 juta ton mineral tanah jarang, sekelompok 17 elemen-elemen mineral yang dihargai karena aplikasinya pada perangkat elektronik, kendaraan listrik hingga peralatan militer.
6. Migas
Dengan Iran dan Turkmenistan yang kaya hidrokarbon di sebelah baratnya, Afghanistan juga menyimpan sekitar 1,6 miliar barel minyak mentah, 16 triliun kaki kubik (TCF) gas alam, dan 500 juta barel cairan gas alam lainnya.
Adapun potensi untuk minyak mentah itu saja setara dengan nilai US$ 107 miliar dengan asumsi harga pasar saat ini.
“Sebagian besar minyak mentah yang belum ditemukan ada di Cekungan Afghanistan-Tajik dan sebagian besar gas alam yang belum ditemukan ada di Cekungan Amu Darya,” kata laporan Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan 2019, dikutip dari Reuters.
7. Batu Permata
Afghanistan secara historis menjadi sumber utama lapis lazuli, batu semi mulia berwarna biru tua yang telah ditambang di provinsi Badakhshan utara negara itu selama ribuan tahun, serta batu permata lainnya seperti rubi dan zamrud.
Nilai terbaik dari lapis lazuli diperkirakan dapat mencapai hingga US$ 150 per karat, menurut laporan Afghanistan 2019. Namun, sebagian besar batu permata yang ditambang di negara itu dijual secara ilegal, sebagian besar ke Peshawar di Pakistan. (*)
Source : cnbc