Kumbanews.com – Ketua Forum Das Sungai (FORDAS) Jeneberang, Rahmansyah meninjau kondisi Bendung Kampili pasca banjir dan longsor yang terjadi bulan Januari 2019 lalu.
“Dirinya tercengang melihat kondisi bendung Kampili sebab bendung ini tidak bisa berfungsi dengan adanya material longsoran tanah dan pasir bercampur batu menutup aliran air menuju pintu air, Selasa 26 Februari 2019.
Bendung tersebut sepanjang sekitar 100 meter, pada bagian depan pintu bendung dipenuhi batang kayu yg terbawa arus air.
Disisi lain sewaktu terjadi banjir dengan volume air sangat tinggi mengakibatkan tanggul dan Bronjong disebelah Bendung roboh sehingga terbentuk sungai atau aliran air dengan lebar aliran sekitar 150 meter. posisi baru aliran air berbelok sekitar 300 meter di depan Bendung karena yang menuju ke bendung tertutup Material tanah dan pasir bercampur batu.
Diketahui Bendung Kampili ini mengairi pesawahan sekitar 10.545Ha kalau satu musim menhasilkan rata rata 6,5 ton/Ha GKP ( gabah kering panen ) maka produksi satu musim adalah 68.542 Ton GKP kalau dikonversi ke beras sebanyak 37.698 Ton, ini bisa mencukupi kebutuhan beras selama setahun sebanyak 314.150 jiwa dengan komsumsi 120 kg/kapita/tahun.
Perlu kami laporkan bahwa musim Tanam Gadu yaitu Awal bulan April 2019 sudah mulai lagi petani Hambur Benih padi. Menurut Rahmansyah, perlu segera melakukan langkah antisipatif.
” Kami tawarkan dari Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Kabupaten Gowa kepada Bupati Gowa dan Kepala Balai Besar Wil Sungai Pompengan Jeneberang serta semua pihak terkait yaitu mengeruk sedimen di depan bendung sehingga air bisa mengalir menuju pintu air bendung, membersihkan material kayu di depan pintu bendung, menutup aliran air yang baru, langkah kegiatan ini memerlukan alat berat,”ucap Rahmansyah, politisi yang biasa dipanggil “Pak Jenderal” ini.
Lanjut ia mengutarakan agar secepat mungkin pemerintah dan instansi terkait untuk bisa memberikan solusi bagi para petani khususnya di Pallangga.
” Saya melihat langsung kondisi bendungan kampili yang sangat mendesak untuk segera ditangani Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang dan tentu atas asistensi dinas PSDA provinsi Sulsel.
Lanjut jelasnya, memang benar penyampaian ketua KTNA Gowa, perlu segera penanganan serius karena ini terkait kebutuhan air petani di daerah gowa. Kalau sampai gagal tentu yg merasakan dampaknya petani kita. Dan tentu saja stok pangan akan terganggu.
Sangat dibutuhkan normalisasi sungai yg akan mengarah ke mulut bendungan dan membenahi kembali tanggul yg jebol sebelum bendungan dan sesegera mungkin membersihkan material yg menutupi jalur sungai ke arah bendungan,” ucap DR Rahmansyah.
Sementara itu ketua KTNA, Kusnadi Efendi Dg.Lewa mengatakan kiranya ada solusi bagi petani disekitar itu serta juga agar bisa mendapatkan Air lagi untuk bisa dimanfaatkan.
“Dari hasil peninjauan lokasi dan Solusi ini kami sarankan kepada semua pihak terkait, untuk itu kami mohon bantuan Bupati Gowa semoga petani di Daerah Irigasi Kampili bisa mendapatkan lagi air irigasi,” kata Kusnadi efendi Dg Lewa/ketua KTNA Gowa. (*)