Kumbanews.com -Isu dinasti politik yang dibangun Presiden Joko Widodo kembali menguat. Hal ini menyusul dua anaknya, Kaesang Pangarep didaulat menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Gibran Rakabuming Raka digadang-gadang maju sebagai calon wakil presiden (Cawapres).
Muncul pertanyaan di publik, apakah Jokowi yang sudah menjabat dua periode sebagai Presiden RI seserius itu membuat dinasti politiknya?
Padahal pada 2019 lalu Jokowi sempat mengeluarkan pernyataan bahwa tidak akan memaksakan anak-anaknya terjun ke dunia politik. Tapi dia juga mengaku tidak melarang apabila akhirnya Gibran maupun Kaesang berubah pikiran dan menjajal peruntungan di perpolitikan Indonesia.
Pengamat politik Citra Institute, Efriza menilai, kenyataan anak-anak Jokowi terjun politik saat ini sudah dicap sebagai bagian dari membentuk kerajaan politik.
“Jokowi memang serius sedang membangun dinasti politik,” ujar Efriza kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (27/9).
Menurutnya, fenomena penunjukkan Kaesang sebagai ketua umum PSI merupakan tanda-tanda Jokowi berupaya melanggengkan kekuasaannya yang akan berakhir pasca Pemilu 2024.
“(Jokowi ingin) bukan hanya sekadar keluarganya ikut Pemilu, tetapi juga ingin menunjukkan dalam kepemimpinan pengelolaan partai juga patut diperhitungkan seperti gabungnya Kaesang ke PSI,” kata Efriza.
Di samping itu, dia juga mengamati Jokowi juga ingin menunjukkan taringnya melalui pencalonan Gibran sebagai Cawapres. Sebab, beredar baliho berfoto dan bertuliskan Gibran Wakil Presiden Republik Indonesia 2024 di wilayah Jawa Tengah.
Ditambah lagi, Efriza mendapati gugatan batas umur minimum Capres-Cawapres dilayangkan PSI yang kini dipimpin Kaesang ke Mahkamah Konstitusi (MK). MK diketahui dipimpin Anwar Usman yang merupakan ipar Jokowi.
“Gibran memang diperhitungkan sebagai Cawapres. Tapi fenomena Gibran seperti dipaksa matang untuk kepemimpinan nasional,” kata Efriza.
Maka dari itu, Efriza meyakini Jokowi tengah berupaya membangun dinasti politiknya sendiri dengan melibatkan anak-anaknya di dunia politik.
“Ini semua terjadi karena Jokowi paham momentum. Ia menjabat hanya dua periode, maka ia mendorong keluarganya turut diperhitungkan di kancah kepemimpinan nasional,” demikian Efriza.
Sumber: RMOL