Kumbanews.com – Wilayah Lombardia di Italia menerapkan aturan pembatasan yang lebih ketat untuk mengatasi penyebaran virus corona.
Lombardia adalah wilayah yang paling parah terdampak virus corona di Italia, dengan angka kematian 3.095 atau sekitar 64% dari total kematian di Italia.
Peraturan baru yang diumumkan pada hari Sabtu malam itu melarang olahraga dan aktivitas fisik di luar rumah, bahkan secara individu.
Langkah ini dilakukan ketika Italia melaporkan hampir 800 kematian akibat virus corona pada hari Sabtu dan 651 pada Minggu (22/03), yang membuat jumlah korbannya selama sebulan terakhir mencapai 5.476, tertinggi di dunia.
Kegiatan ‘non-esensial’ ditutup
Pembatasan yang lebih ketat ini diumumkan presiden wilayah, Attilio Fontana, dalam sebuah pernyataan. Ia juga meminta para pengusaha menutup semua operasi, kecuali rantai pasokan yang “esensial”.
Semua pekerjaan di kawasan pergedungan akan dihentikan, kecuali di rumah sakit, jalanan, dan kereta api.
Semua pasar kaget mingguan juga dihentikan sementara.
Lombardia telah dikarantina sejak tanggal 8 Maret, dan pemerintah Italia berharap kebijakan itu berdampak.
Pada hari Sabtu, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte memerintahkan penutupan semua tempat usaha “non-esensial”.
Namun ia tidak memerinci tempat usaha mana yang dianggap esensial.
Supermarket, apotek, kantor pos, dan bank akan tetap buka dan transportasi umum akan terus berjalan.
‘Krisis paling sulit’ di Italia
Dalam pidato kenegaraan yang disiarkan melalui televisi, PM Conte mengatakan, “Kita akan memperlambat mesin produksi negara ini, tapi kita tidak akan menghentikannya.”
Conte menggambarkan situasi ini sebagai “krisis paling sulit dalam masa pasca-perang”.
Kendati pemerintah di seluruh dunia telah menerapkan berbagai langkah, sejauh ini jumlah kasus baru dan kematian terus bertambah.
Ada 220.000 kasus virus corona di seluruh dunia dengan lebih dari 9.000 kematian.
Apa yang terjadi di negara lain?
Kementerian Kesehatan Spanyol melaporkan tingkat kematian akibat Covid-19 melonjak hingga 32 persen, menjadi 1.326 kematian yang dikonfirmasi. Angka ini paling tinggi kedua di Eropa setelah Italia.
Dalam konferensi pers pada Sabtu malam, Perdana Menteri Spanyol Pedro Snchez memperingatkan bahwa “situasi terburuk masih akan datang” dan “hari-hari yang sangat sulit ada di depan”.
Pemerintah telah menerapkan karantina wilayah bagi sekitar 46 juta orang yang hanya diizinkan meninggalkan rumah mereka untuk pekerjaan penting, belanja makanan, alasan medis, atau untuk mengajak anjing jalan-jalan.
Pada hari Sabtu, Menara Eiffel dinyalakan selama 10 menit untuk menghormati para petugas kesehatan Prancis. (AFP)
Sejumlah pemimpin dunia dan tokoh politik mengimbau warga untuk mematuhi aturan.
Kecaman bagi yang tidak menjaga jarak
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan Layanan Kesehatan Nasional Inggris atau NHS bisa “kewalahan” jika masyarakat tidak bertindak untuk memperlambat penyebaran virus corona yang “semakin cepat”.
Ia meminta khalayak untuk bergabung dengan “upaya nasional yang heroik dan kolektif” serta menuruti anjuran untuk menjaga jarak alias social distancing.
Menteri Ekonomi dan Pariwisata Pedesaan Skotlandia Fergus Ewing meminta masyarakat tidak melakukan perjalanan ke Dataran Tinggi Skotlandia setelah muncul laporan tentang orang-orang yang berusaha melarikan diri dari wabah di Inggris.
Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengecam orang-orang yang melanggar perintah untuk menjaga jarak, menyebut mereka “berbahaya” dan “tidak bertanggung jawab”.
Lebih dari 12.500 orang telah tertular virus corona di Prancis dan 562 orang meninggal dunia hingga hari Sabtu.
Gubernur New York Andrew Cuomo memarahi anak-anak muda yang ia klaim mengabaikan perintah untuk tidak berkerumun. Ia mengatakan bahwa ia berencana mengunjungi taman “untuk melihat sendiri situasinya”.
“Terus terang saya tidak peduli. Ini masalah kesehatan masyarakat dan Anda tidak bisa membahayakan kesehatan orang lain,” katanya. “Anda seharusnya tidak membahayakan kesehatan Anda sendiri.”(dtk)