Amerika Beberkan Bukti Tiongkok Produksi Senjata Biologis Jelang Potensi Perang Dunia Ketiga?

  • Whatsapp

Kumbanews.com – Kecurigaan pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap Tiongkok yang diduga tengah meneliti senjata biologis di puluhan laboratorium rahasia, diberitakan The Sun pada Jumat 11 Juni 2021. Dalam pemberitaannya, The Sun mengatakan pihak AS mencurigai penelitian tersebut diduga dilakukan secara diam-diam selama beberapa dekade menjelang potensi Perang Dunia Ketiga.

Disebutkan, ada laporan negara yang memiliki luas 9,6 juta kilometer persegi itu memiliki 50 laboratorium rahasia. Di dalamnya, para ilmuwan dicurigai sedang mengembangkan bom bakteri mematikan dan menimbulkan patogen mematikan seperti Anthrax dan kemungkinan juga Covid-19.

Bacaan Lainnya

Kecurigaan itu muncul sebagai buntut dari pertanyaan-pertanyaan terkait kemungkinan asal-usul Covid-19 yag bocor dari laboratorium di Wuhan.

The Sun, seperti diwartakan Kompas, Minggu 13 Juni 2021, juga melaporkan ada bukti yang menunjukkan Covid-19 mungkin telah direkayasa, kendati demikian Tiongkok menyangkal tuduhan itu.

Awal mula kecurigaan kecurigaan Tiongkok memproduksi senjata bilogis, salah satunya adalah Covid-19, bermula dari laporan AS yang mengklaim mendapatkan sejumlah dokumen. Isi dokumen itu menunjukkan, komandan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok meyakini perang di masa depan dapat menggunakan senjata biologis.

Dalam dokumen yang bocor itu, disebutkan senjata biologis dan senjata genetik akan menjadi “senjata utama untuk kemenangan” perang. Dokumen tersebut juga menjelaskan secara rinci kondisi sempurna untuk menggunakan senjata utama tersebut.

Pejabat Departemen Luar Negeri AS telah menyerukan bahaya terhadap Tiongkok dalam beberapa laporan dan sebagiannya rahasia. Laporan pertama dirilis pada April yang memperingatkan hubungan dekat antara militer Tiongkok dengan laboratorium sipilnya. Hal itu menimbulkan kekhawatiran, penelitian biologi bisa “berfungsi ganda”.

Laporan AS juga menyatakan, Tiongkok diyakini memiliki sejarah program senjata biologi (bioweapons) yang mengandung risin, racun botulinum dan agen penyebab anthrax, kolera, wabah serta tulaerima.

Pejabat AS masih mempertanyakan tentang apakah Tiongkok mematuhi Konvensi Senjata Biologis (BWC), sebuah perjanjian pelucutan senjata yang secara efektif melarang bioweapon, yang ditandatangani Tiongkok pada 1984.

Namun, di luar dari perjanjian tersebut, AS melihat Tiongkok diam-diam telah mempelajari potensi senjata biologis selama beberapa dekade.

“Informasi yang tersedia menunjukkan Tiongkok terlibat dalam kegiatan yang menimbulkan kekhawatiran sehubungan dengan kewajibannya berdasarkan Pasal I BWC,” demikian laporan itu, mencatat informasi tambahan dirahasiakan.

Tinjauan yang mengkhawatirkan para ilmuwan AS pada 2002, menunjukkan beberapa situs yang diduga terlibat dalam penelitian racun dan patogen yang mematikan. Satu laboratorium di Yan’an dikhawatirkan telah mengerjakan empat jenis senjata biologis termasuk “granat bakteri” dan “bom bakteri jenis asap”.

Lalu, di kota-kota termasuk Changchun, Kunming, Shenyang, dan Wuhan dikatakan terlibat dalam “penelitian dan budidaya berbagai agen perang biologis”.

Kementerian Luar Negeri AS kemudian dilaporkan mengidentifikasi dua fasilitas di Tiongkok yang diduga memiliki hubungan dengan program senjata biologis untuk perang. Fasilitas tersebut diduga merujuk pada Akademi Ilmu Kedokteran Militer Institut Mikrobiologi dan Epidemiologi Kementerian Pertahanan Tiongkok di Beijing dan Institut Produk Biologi Lanzhou.

Tiongkok kemudian bersikeras mengatakan, yang pertama adalah fasilitas yang berfokus pada biodefense dan yang terakhir adalah fasilitas produksi vaksin. Diperkirakan, setidaknya ada 50 laboratorium dan rumah sakit lain yang digunakan sebagai fasilitas penelitian senjata biologis, selain situs-situs itu.

Laporan AS itu menyebutkan, Tiongkok memiliki kemampuan canggih untuk menyebarkan senjata biologis aerosol. Ini sangat mengkhawatirkan lantaran penyakit aerosol adalah yang paling menular dan berpotensi menginfeksi sebagian besar orang.

Kendati demikian, fakta tegas tentang apa yang terjadi di dalam fasilitas yang dikelola negara yang dijaga ketat itu hampir tidak mungkin untuk dijabarkan. []

 

Pos terkait