Ayah Ambil Raport, Dampaknya Nyata: Prestasi Anak Terbukti Meningkat

Kehadiran ayah, termasuk mengambil rapor, terbukti memberi dampak nyata pada prestasi dan kepercayaan diri anak. (Ilustrasi)

Kumbanews.com – Keterlibatan ayah dalam pendidikan anak kembali ditegaskan pemerintah. Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN meluncurkan Gerakan Ayah Mengambil Raport ke Sekolah (Gemar) sebagai upaya mendorong peran aktif bapak dalam proses belajar anak sejak dini.

Program ini tertuang dalam Surat Edaran Mendukbangga/Kepala BKKBN Nomor 14 Tahun 2025. Intinya tegas, pendidikan anak bukan hanya urusan ibu. Kehadiran ayah, meski lewat langkah sederhana seperti datang ke sekolah mengambil rapor, terbukti memberi dampak besar bagi capaian akademik dan kepercayaan diri anak.

Sejumlah penelitian menguatkan kebijakan tersebut. Studi pada 2023 menunjukkan anak-anak dengan ayah yang terlibat aktif cenderung memiliki prestasi lebih baik di sekolah. Keterlibatan itu mencakup aktivitas ringan namun konsisten, seperti membacakan buku, bermain, menggambar, hingga berdiskusi singkat tentang pelajaran.

Menariknya, waktu yang dibutuhkan tidaklah besar. Cukup sekitar 10 menit per hari, dampak positif terhadap perkembangan kognitif anak sudah terlihat. Bahkan, keterlibatan ayah sejak tahun pertama sekolah dasar dinilai krusial karena menjadi fondasi kemampuan belajar anak di tahun-tahun berikutnya.

Penelitian juga menemukan bahwa peran ayah dan ibu memiliki dampak yang berbeda. Ayah lebih berpengaruh pada capaian pendidikan dan kemampuan akademik, sementara ibu berperan besar dalam pembentukan emosi, perilaku, dan keterampilan sosial anak. Kombinasi keduanya dinilai paling ideal.

Para ahli mendorong agar para ayah meluangkan waktu secara rutin untuk terlibat dalam aktivitas edukatif bersama anak. Keterlibatan dalam kegiatan terstruktur, seperti membaca atau bermain sambil belajar, terbukti mampu meningkatkan kemampuan bahasa dan daya pikir anak.

Tak hanya orang tua, sekolah pun diminta berbenah. Lembaga pendidikan didorong mencatat dan memperbarui kontak kedua orang tua, serta menyusun strategi khusus agar ayah lebih terlibat dalam aktivitas sekolah. Peran ayah perlu dipertimbangkan dalam setiap kebijakan pendidikan.

Peneliti dari Leeds University, Helen Norman, menegaskan bahwa selama ini pengasuhan masih didominasi ibu. Padahal, berbagi peran antara ayah dan ibu memberikan hasil pendidikan yang jauh lebih baik bagi anak.

Senada, Profesor Psikologi dari Exeter Medical School, Helen Dodd, menyebut hasil pendidikan anak mencerminkan kualitas interaksi dengan kedua orang tuanya. Partisipasi ayah menjadi faktor penting, terlebih jika dilakukan bersama ibu secara konsisten.

Studi ini melibatkan sekitar 5.000 rumah tangga di Inggris dengan anak kelahiran 2000-2002. Hasilnya konsisten: peran ayah berdampak positif terhadap prestasi anak, tanpa dipengaruhi jenis kelamin, etnis, usia, maupun tingkat pendapatan keluarga. Namun demikian, kemiskinan tetap menjadi faktor risiko yang dapat menghambat pendidikan usia dini.

Kesimpulannya jelas. Peran ayah bukan pelengkap, melainkan kunci. Langkah sederhana hari ini dapat menentukan masa depan pendidikan anak esok hari. (***)

 

Pos terkait