Cerita Kasubdit Regident Ditlantas Polda Sulsel Sewaktu Peristiwa Tsunami Aceh

  • Whatsapp

AKBP. M. Yusuf Usman S. Ik, Kasubdit Regident Ditlantas Polda Sulsel

Kumbanews.com – Kedua orangtua merupakan penyebab eksistensi (keberadaan) manusia di dunia ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bahwa kita mempersembahkan bakti terbaik kepada kedua orangtua. Berbakti kepada kedua orangtua, bukan karena menjadi hak orang tua yang harus dipenuhi oleh anak-anaknya. Namun, juga merupakan kewajiban yang bersifat pasti yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

Bacaan Lainnya

Bahkan, perintah berbakti kepada kedua orangtua tersebut telah disandingkan dengan perintah menyembah Allah dan larangan mempersekutukan-Nya. Hal ini bermakna bahwa berbakti kepada kedua orangtua merupakan penyempurnaan bagi ibadah kepada-Nya.

Allah dan Rasulullah mengaitkan antara ridha orangtua dan ridha Allah. Kalau orangtua tidak ridha, Allah pun tidak ridha. Ridha allah Allah itu bisa Anda temukan pada ridha kedua orangtua. Doa orangtua yang tulus, insya Allah dengan kehendak Allah akan dikabulkan. Penegasannya juga disampaikan Nabi Muhammad SAW, “Sungguh celaka orang yang masih memiliki orangtua atau hidup, tetapi dia tidak masuk surga.”

Kemudian dijelaskan juga dalam Surah al-Ahqaaf (46:15) berbunyi wawash shainaa insaana biwaalidaihi ihsaanan (Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya) yakni berbicara tentang pesan Allah kepada manusia, khususnya kepada anak perihal kewajiban berbakti kepada kedua orangtuanya.

Seperti kisah Kasubdit Regident Ditlantas Polda Sulsel, AKBP. M. Yusuf Usman S. Ik,yang bisa dijadikan contoh, bagaimana kewajiban seorang anak berbakti pada kedua orang tua, apalagi bila kedua orang masih hidup. Sebagai anak harus berusaha membahagiakan mereka, jangan disia-siakan.

“Karena kedua orang tua kita adalah surga kita, ketika kita bisa menyenangkannya, kebahagiaan, kesuksesan dan keselamatan, Insya Allah kita akan dapat di dunia dan akhirat.” Terang Muh.Yusuf Usman, Selasa,(15/06/2021).

Yusuf Usman mengisahkan sewaktu dirinya ditugaskan di Polsek Peukan Bada, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Ada banyak perjuangan menguras air mata yang harus dilewati.

” Waktu itu saya tugas di Aceh tahun 2004, sebagai Kepala Bawah Kendali Operasi (BKO), yang memimpin 60 orang anggota. Pada saat itu terjadi bencana tsunami yang begitu dahsyat, dimana menewaskan ratus ribu manusia. Dan merenggut nyawa 14 anggota saya. Dan hanya 6 orang yang berhasil ditemukan mayatnya. ” Ucap Muh. Yusuf Usman.

Lanjut, ” saat itu peristiwa tsunami terjadi secara tiba- tiba. Hanya suara anggota yang terdengar mengatakan, lari- lari komandan… saya pun lari mencari tempat yang tinggi. Namun, apalah daya air yang begitu besar menerjang kami dengan tinggi sekitar 3 meter. Saya cuma pasrah dan berdoa kepada Allah SWT, dan mengingat kedua orang tua saya yang belum sempat saya bahagiakan, karena saat itu saya baru lulus Akademi Kepolisian (Akpol). Alhamdulillah dengan izin Allah SWT dan berkat doa ibu, saya selamat meski di sekujur tubuh penuh dengan luka robek. Bahkan lengan, perut, betis dan belakang saya tertusuk paku”.

Semenjak peristiwa itu Muh. Yusuf Usman, mengaku banyak introspeksi diri, terutama soal berbakti pada kedua orang tua. Ia ingin selalu membahagiakan kedua orang tuanya dan berbuat baik kepada orang lain.

“Sekarang saya bertugas disini menjabat Kasubdit Regident Ditlantas, ketika waktu shalat saya menyampaikan kepada anggota, untuk sejenak berhenti bekerja dan melaksanakan shalat lima waktu. Karena ketika kita mati Tidak membawa harta, yang akan kita jadikan bekal adalah amalan dan perbuatan baik selama kita hidup di dunia. Dan yang paling utama yang akan ditanyakan yaitu ibadah.” Terangnya kepada kumbanews.

Pos terkait