Cerita UAH soal Hamzah Paman Nabi yang Jasadnya Masih Utuh Kala Madinah Dilanda Banjir 2013

  • Whatsapp

Kumbanews.com – Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan paman Nabi Muhammad SAW.

Sosok Hamzah dikenal punya karakter yang tegas dan keras terhadap musuh, kaum musyrikin.

Bacaan Lainnya

Kala terjadi Perang Uhud, Hamzah termasuk sahabat Rasulullah yang mati syahid.

Sahabat yang punya gelar “Singa Allah” tewas setelah terkena tombak milik seorang budak, Wahsyi ibn Harb.

Washsyi adalah budak dan teman dekat sahabat Bilal bin Rabah.

Ketika kaum musyrikin Mekkah kalah perang Badar, mereka berniat ingin balas dendam.

Adalah istri dari Abu Sufyan, Hindun binti Utbah yang memiliki rasa dendam kepada Hamzah.

Di Perang Badar sebelumnya Hamzah berhasil membunuh ayah Hindun, Utbah dan saudaranya.

Ia pun meminta Washyi untuk membunuh Hamzah dengan imbalan besar, yakni pembebasan sebagai budak.

Tawaran itu diambil Washyi dan terlibat dalam Perang Uhud di Madinah.

Saat itu pasukan kaum muslimin hanya berjumlah kurang lebih 700 prajurit melawann 3.000 pasukan kafir dari Mekkah.

Dalam pertempuran sengit itu Hamzah secara tak terduga terkena tombak yang dilepas Washyi.

Komanda perangnya terkena serangan membuat kaum muslimin semakin melancarkan serangan.

Dalam kitab Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, jumlah korban tewas dari pihak kaum muslim sebanyak 70 orang termasuk Hamzah.

Kematian Hamzah menjadi luka mendalam bagi Rasulullah karena kasih dan sayang terhadap sang paman.

Hamzah menjadi sosok terdepan membela Rasulullah ketika pertama kali diutus menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah.

Kemudian Nabi Muhammad SAW pun memerintahkan para sahabatnya untuk mengubur 70 sahabat Rasulullah di hamparan padang Uhud.

Sampai saat ini, kuburan 70 sahabat Nabi di Uhud dikenal sebagai pemakaman Syuhada Uhud.

Dan atas kebesaran Allah SWT, Washyi pun menjemput hidayah Islam dan berbaiat kepada Rasulullah.

Namun mengingat kembali peristiwa perang Uhud itu Nabi Muhammad sempat meminta Washyi untuk tidak muncul di hadapannya.

Bukan karena dendam, tetapi Nabi Muhammad tidak ingin mengingat kembali kenangan manis bersama sang paman yang telah melindunginya.

Hal ini membuat Washyi gugup dan merasa bersalah kendati ia masuk Islam, dosa lalunya telah terhapus.

Ia pun bernazar kepada Allah akan membunuh nabi palsu, Musailamah, yang muncul di zaman kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As-shiddiq pasca Rasulullah wafat.

Ketika Perang Yamamah yang dipimpin Panglima Khalid bin Walid, Washyi membawa tombak yang digunakan saat membunuh Hamzah.

Perang Yamamah ini terjadi karena Bani Hanifah yang semula muslim menjadi murtad karena hasut Musailamah, si nabi palsu.

Melihat banyaknya pasukan muslimin membuat Bani Hanifah dan nabi palsu, Musailamah menarik mundur ke benteng pertahanannya.

Seorang sahabat Al-Barra’ bin Malik yang berhasil menembus ke dalam, kemudian membuka pintu gerbang yang disambut serangan kaum muslim kala itu.

Terjadi kepanikan dari pihak musuh, yang kemudian nabi palsu Musailamah terbunuh oleh bidikan tombak milik Washyi.

Namun di saat bersamaan seorang anshor muncul dengan cepat lalu mengarahkan pedangnya tepat di leher Musailamah.

Peristiwa Banjir Madinah 2013

Tepat 10 tahun yang lalu Arab Saudi, persisnya di Madinah, terjadi peristiwa banjir cukup besar pada tahunn 2013

Banjir nyaris menutup seluruh akses Madinah, termasuk menggenangi kuburan Syuhada Uhud.

Melansir dari video kanal YouTube Al Qolam Fauzi yang tayang pada 3 Agustus 2020, Ustaz Adi Hidayat yang tengah berziarah di Uhud, menceritakan kisah ini.

Katanya, ketika banjir besar di padang Uhud, jasad-jasad para syuhada nampak ke permukaan, salah satunya paman Nabi, Hamzah.

“Di tahun 2013 yang lalu sempat terjadi banjir besar di sekitaran Madinah, termasuk wilayah Jabal Uhud ini, sampai menggenangi area pemakaman para Syuhada Uhud yang masya Allah ketika itu terjadi ternyata terbukalah atau nampak sebagian jasad para syuhada ini. Di antaranya jasad paman Nabi, Hamzah Radhiyallahu ‘anhu,” terangnya.

Ustaz Adi melanjutkan pada saat itu Gubernur Madinah mengundang para ulama untuk menyimpulkan fatwa terkait penguburan kembali jasad-jasad sahabat Nabi yang mati syahid itu.

“Dan Gubernur Madinah saat itu mengundang ulama untuk meminta fatwa tentang posisi jasad [Hamzah] ini yang sudah bergeser dari tempatnya, apakah dikembalikan ke tempat semula atau di tempat gesernya.

“Dan masya Allah ketika ulama menyimpulkan itu, ditempatkan kembali ke tempat asalnya. Selain jasadnya masih utuh selama belasan ribu tahun dan terjadi peristiwa yang sangat luar biasa,” jelasnya.

Kata Ustaz Adi, saat jasad Hamzah akan kembali dikuburkan, keluar darah yang masih segar kendati sudah lama dikubur.

Kondisi luka-luka paman Nabi itu juga disebut masih utuh membekas.

Ustaz Adi pun berpesan bahwa kisah ini bukan untuk dikenang, melainkan menjadi ibrah atau pelajaran bagi kaum muslim di dunia.

“Jasad sahabat Hamzah Radhiyallahu ‘anhu ketika akan dipindah ternyata dari dada yang terbelah itu masih keluar darah segar yang ditampilkan oleh Allah SWT sebagai ibrah [pelajaran] untuk kita semua.

Dalam penutupannya Ustaz Adi Hidayat menyampaikan satu ayat Al-Quran surah Ali Imran ayat 183, Allah SWT berfirman;

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًاۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ

“Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.”

Dalam tafsir Tahlili dijelaskan bahwa, “Orang-orang yang telah terbunuh sebagai syuhada dalam perang fi sabilillah, janganlah dikira mereka mati, sebagaimana anggapan orang- orang munafik, tetapi mereka masih hidup di sisi Allah, mendapat rezeki dan nikmat yang berlimpah. Bagaimana keadaan hidup mereka seterusnya, hanyalah Allah yang mengetahui. Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Nabi saw bersabda Para syuhada berada di tepi sungai dekat pintu surga, mereka berada dalam sebuah kubah yang hijau. Hidangan mereka keluar dari surga itu setiap pagi dan sore. (Riwayat al-hakim, Ahmad dan at-thabrani dari Ibnu ‘Abbas). Para syuhada itu menikmati pemberian-pemberian Allah, mereka ingin mati syahid berulang kali. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw: “Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu karena besarnya keutamaan mati syahid..” (Riwayat Muslim)

Sumber: disway

Pos terkait