Kumbanews.com- Pelaku usaha dari sejumlah sektor industri mengeluhkan alat di Terminal Petikemas Makassar yang (TPM) sering bermasalah.
Ini terutama efektivitas Container Crane (CC) dan Transtainer Crane yang terdiri dari Rubber Tyred Gantry (RTG) transtainer dan Rail Mounted Gantry (RMG) transtainer.
Menurut sumber yang namanya tidak ingin dipublis IN (40 ) mengatakan, kami para pengusaha ekspedisi merasa dirugikan, bagaimana
bisa melayani receving dan delivery dengan baik, bila kondisi alat seperti itu.
“Karena alat yang ada didalam terminal peti kemas alat tua sering mengalami macet,Transtainer (RTG) atau disebut tenggo dan Container Crane (CC -1 ) namun, yang sering rusak alat tenggo itu atau transtainer. Alat tersebut udah puluhan tahun lamanya dan itu pun alat bekas, alat transtainer tenggo di dalam ada dua warna biru dan kuning,warna biru milik Pelindo lV sementara untuk warna kuning milik swasta. Akibatnya bongkar muat Petikemas dari dan ke kapal terhambat. Ini yang membuat kapal jadi antre panjang. Membuat kami rugi” katanya, Selasa 19 Mei 2020.
Sementara menurut Awaluddin pegawai supervisi perencanaan Peti Kemas Makassar, menyebutkan bahwa seperti tahun kemarin memang banyak antrian kapal tapi tahun 2020 tidak pernah terjadi lagi.
” Memang kita akui alat yang ada di terminal Peti Kemas memang sudah tua cuma dua yang asli yang lain bekas, pihak Peti Kemas Makassar, selalu memperbaiki dan mengevalusai hal apa yang menjadi kendala dan itu tidak serta merta turun langsung ada jenjang jenjang harus dilalui sebab kami bermohon dulu ke pusat sebab Peti Kemas masih dibawah naungan Pelindo lV Makassar dan masih perusahan milik negara BUMN. Untuk masa produktif alat sekitar 15 – 20 tahun, sedang alat yang ada di Peti Kemas sudah 20 tahun lebih.Tapi kita harus melihat kondisi alat dulu karna biayanya bukan main mahalnya , Alat transtainer atau tenggo yang ada di dalam wilayah Peti Kemas terbagi dua milik Pelindo lV ada 18 alat dan swasta ada 3 alat transtainer, dari alat ini yang mengatur keluar masuknya kontainer yang ada di terminal Peti Kemas, setiap harinya beroperasi 1500 nota dan untuk perusahaan yang terdata di Peti Kemas sekitar 130 lebih ekspedisi Peti Kemas” ucap Awaluddin.
Sementara pihak Pelindo lV Makassar, hingga hari ini belum memberikan keterangan kepada media terkait hal tersebut, padahal sebelumnya pada hari Selasa 12 Mei 2020, kumbanews pernah mendatangi Pelindo IV untuk meminta konfirmasi terkait alat angkut RTG peti kemas yang dikeluhkan karena sering rusak sehingga para pengusaha ekspedisi merasa dirugikan.Melalui Humas Pelindo pusat ibu Anna Maryani berjanji akan menjawab dan menyampaikan ke media. Sampai berita ini dinaikkan kembali belum ada jawaban dari Pihak Pelindo IV.
Aktivis dan Kabid Advokasi GPK Sulsel, Muallim Bahar ikut mengomentari terkait hal itu” kalau saya lihat kondisi di pelabuhan itu terkhusus untuk Pelindo lV Makassar, agar segera mengevaluasi internal dan menerapkan managemen yang baik agar citra ( BUMN ) ini bisa baik dimata mitra ( pengusaha ekspedisi ) sebagai rekanan agar saling memberikan manfaat dan jangan cuma mengejar keuntungan, harus saling menguntungkan. Jangan sampai Pelindo menjadi alasan kita mencelah kembali ( BUMN ) dibawah komandan Erick Thohir. Bahwa kondisi bangsa yang memprihatikan dengan krisis ekonomi, yang diharapkan BUMN dapat menopang ekonomi bangsa jangan malah menjadi cibiran warung warung kopi bagi para pengusaha yang menjadi mitra terkuhusus Pelindo lV Makassar, ucap Muallim Bahar, Selada 19 Mei 2020.
Penulis/editor: Muh Yusuf Hafid