Foto: Daun thyme. (Istimewa)
Kumbanews.com – Di tengah dominasi ekspor rempah-rempah seperti lada dan cengkeh, ada satu komoditas yang mulai menarik perhatian di pasar global, thyme.
Meski namanya belum setenar kayu manis atau pala dan lebih dikenal sebagai rempah khas Mediterania, ekspor thyme asal Indonesia ternyata terus bertumbuh, dengan Jepang sebagai pasar utama dan negara-negara Eropa.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik ekspor thyme RI sempat mengalami lonjakan pada 2021, mencapai US$ 301.506. Namun, dalam dua tahun berikutnya terjadi penurunan, dengan nilai ekspor menyentuh US$ 89.415 pada 2023. Kendati demikian, pada 2024 ekspor thyme RI kembali mengalami peningkatan hingga US$ 123.778.
Jepang menjadi pembeli utama thyme Indonesia dengan nilai impor mencapai US$ 66.726 pada 2024, disusul Korea Selatan sebesar US$ 16.608, serta Belanda, Taiwan, dan Australia yang juga menunjukkan permintaan stabil.
Lantas, apa yang membuat thyme RI menarik di pasar global?
Thyme (Thymus vulgaris) adalah rempah yang sering digunakan dalam masakan khas Eropa dan Timur Tengah. Rasanya yang khas, sedikit pedas dengan aroma hangat dan herbal, membuatnya menjadi bumbu wajib dalam berbagai hidangan seperti roasted chicken, steak, sup, pasta, dan marinades.
Rempah ini juga memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa. Sejak zaman Mesir kuno, thyme digunakan sebagai antiseptik alami dan bahan pengawet. Dalam pengobatan tradisional, thyme dikenal memiliki sifat antibakteri, antijamur, serta dapat membantu meredakan batuk dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Industri kosmetik juga mulai melirik thyme sebagai bahan aktif dalam produk kesehatan dan perawatan kulit.
Minyak esensial thyme dikenal efektif untuk mengatasi kulit berminyak, jerawat, dan bahkan masalah ketombe. Tak heran jika permintaan thyme dari industri kosmetik terus meningkat, terutama di negara-negara dengan tren produk natural seperti Jepang dan Korea Selatan.
Thyme asal Indonesia memiliki keunggulan dari segi kualitas, terutama karena ditanam di iklim tropis yang memberikan profil rasa lebih intens dibandingkan dengan thyme dari negara lain. Selain itu, proses pengeringan dan pengolahan yang lebih modern membuatnya semakin kompetitif di pasar global.
Meskipun tren ekspor thyme sempat mengalami fluktuasi, permintaan yang kuat dari negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan menunjukkan bahwa komoditas ini masih memiliki prospek cerah.
Meski bukan produsen utama thyme, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas ini. Dengan iklim tropis yang mendukung dan meningkatnya permintaan global akan rempah-rempah alami, ekspor thyme RI bisa terus berkembang jika didukung dengan strategi yang tepat, mulai dari peningkatan kualitas, sertifikasi organik, hingga inovasi produk turunan.
Dengan semakin populernya gaya hidup sehat dan makanan berbasis herbal, thyme Indonesia berpeluang menjadi salah satu bintang baru di pasar global.
Sumber: CNBC Indonesia