Deklarasi Damai Forkopimda, Ormas, dan Pimpinan Kampus : Bernisiatif Bermula Dari Bersilahturahmi Bersama Pangdam Hasanuddin

Kumbanews.com – Momentum penting bagi masyarakat Sulawesi Selatan adalah terlaksananya silaturahmi bersama Pangdam XIV/Hasanuddin di Fireflies Pattimura. Dalam forum tersebut, Ketua Lembaga Study Hukum dan Advokasi Rakyat (LASKAR), Bung Illank Radjab, menyampaikan usulan kepada Panglima agar segera di laksanakan deklarasi damai yang melibatkan Forkopimda, Ormas, dan Pimpinan Kampus untuk menulis sejarah perdamaian Sulawesi Selatan ketika sedang bergejolak aksi anarkis yang mengancam tata kehidupan sosial politik yang sangat berbahaya. Kamis, (04/09/2025).

Ketua Legend Kiwal Garuda Hitam, Daeng Satria, yang hadir dalam silaturahmi itu menuturkan bahwa usulan Bung Illank mendapat sambutan baik dan langsung di sepakati oleh seluruh tokoh ormas yang hadir pada acara tersebut untuk diwujudkan.

Bacaan Lainnya

“Melihat dan mencermati situasi saat ini, deklarasi damai semua Forkopimda bersama Ormas dan Pimpinan Kampus adalah solusi terbaik, Panglima,” ujar Daeng Satria, menirukan pernyataan Bung Illank dalam forum tersebut.

Atas dasar inisiatif tersebut, maka di putuskanlah Deklarasi Damai digelar di Balai Manunggal Mini Kodam. Daeng Satria menyebut gagasan yang disampaikan Bung Illank adalah langkah konstruktif dan brilian dari tokoh pemuda peduli kedamaian bangsa negara tercinta.

“Komitmen kami semua adalah memposisikan rakyat Sulawesi Selatan menjadi pelopor perdamaian berdemokrasi. Kata kuncinya hanya satu: Sulawesi Selatan damai,” tegasnya.

Sebagai bentuk penghargaan atas ide tersebut, para ormas yang hadir pun bersepakat memberikan kehormatan kepada Bung Illank Radjab untuk membacakan pengantar naskah Maklumat sebelum Gubernur Sulawesi Selatan secara resmi menyampaikan Maklumat Damai.

Lebih lanjut, Daeng Satria menekankan bahwa semangat damai yang di ikrarkan ini sejalan dengan kultur Bugis-Makassar.

“Budaya Bugis-Makassar mengajarkan siri’ na pacce—harga diri dan solidaritas. Nilai ini menuntun kita untuk selalu menjaga kehormatan, tetapi juga peduli pada penderitaan sesama. Damai bukan berarti menunjukkan kelemahan, dan kita kalah, melainkan cerminan kebesaran jiwa Orang Sulawesi Selatan di ajarkan oleh leluhur bahwa keberanian sejati harus berjalan beriringan dengan kebijaksanaan,” jelasnya.

Menurut Daeng Satria, menjaga perdamaian adalah warisan para leluhur yang harus di junjung tinggi oleh generasi sekarang.

“Kalau kita setia pada budaya kita sendiri, maka menjaga hidup damai adalah kewajiban moral dan kehormatan kita sebagai orang Sulawesi Selatan,” pungkasnya.

“Apresiasi Legend Kiwal Garuda Hitam”

Sementara itu, Ketua Bidang Hukum Legend Kiwal Garuda Hitam, Dr. H.Sulthani, S.H., M.H., turut memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif yang digagas oleh Bung Illank Rajab.

“Kami menilai gagasan Bung Illank bukan hanya refleksi kepedulian seorang aktivis, tetapi juga bentuk tanggung jawab moralnya untuk menjaga persatuan Sulawesi Selatan. Dalam kondisi bangsa yang kerap diwarnai dinamika sosial, hadirnya inisiatif seperti ini sangat relevan dan patut diapresiasi,” ungkap Dr. Sulthani.

Ia menambahkan bahwa deklarasi damai ini di harapkan tidak berhenti sebagai seremoni belaka, melainkan harus berlanjut menjadi kesepakatan kolegial yang diwujudkan dalam aksi nyata.

“Harapan kami, deklarasi ini menjadi gerakan awal bagi seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat komitmen menjaga stabilitas, mempererat komunikasi lintas organisasi, dan masyarakat pada umumnya serta menumbuhkan budaya dialog yang sehat. Damai adalah pondasi, dan bukti kekuatan moral suatu bangsa untuk membangun negeri kita terkhusus Sulawesi Selatan agar lebih maju, berkeadilan, dan bermartabat,” ujarnya.

Dr. Sulthani menekankan bahwa hukum dan budaya harus berjalan seiring dalam menjaga perdamaian. “Hukum memberi kepastian, budaya memberi kearifan. Jika keduanya di padukan, Sulawesi Selatan kelak menjadi teladan bagi daerah lain,” tandasnya.

Pos terkait