Di Indonesia Penderita HIV/AIDS Paling Banyak Usia 20-29 Tahun

  • Whatsapp

Kumbanews.com – Menteri Sosial Agus Gumiwang mengatakan, anak-anak muda paling rentan terpapar penyakit HIV/AIDS. Angka pengidap HIV/AIDS di Indonesia tergolong tinggi. Terlebih, kelompok terbesar yang terpapar HIV AIDS adalah kelompok usia produktif.

Mengutip data Kementerian Kesehatan 2018, Agus menyatakan, tercatat 301.950 kasus HIV dan 108.829 kasus AIDS. Penyebaran tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun.

Bacaan Lainnya

“Ini sangat mengkhawatirkan karena populasi tertinggi justru pada usia produktif yang seharusnya jadi subjek dan penggerak pembangunan,” kata Agus di Kemensos, Jakarta, Rabu (12/12).

1. HIV/AIDS berpengaruh pada fisik dan psikologis

Kondisi mereka yang tertular HIV/AIDS, kata Agus, berpengaruh terhadap berbagai aspek fisik dan psikologis. Hal itu bisa menjadi masalah sosial ketika terjadi diskriminasi.

“Oleh karena itu penanganan HIV/AIDS haruslah komprehensif,” ungkapnya.

2. Penderita HIV/AIDS tak boleh dijauhi

Menurut Agus, masyarakat tak boleh memberikan stigma negatif kepada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA). Sebab, mereka adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama.

“Tolak virus dan penyakitnya, jangan jauhi orangnya, harus dirangkul. Upayakan mitigasi sehingga potensi HIV/AIDS bisa diminimalkan,” ungkap Agus.

3. Kemensos memiliki 3 balai rehabilitasi HIV/AIDS

Oleh sebab itu, Kementerian Sosial menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi sosial bagi mereka yang terdampak HIV/AIDS melalui Balai dan Loka Rehabilitasi Sosial Orang dengan HIV/AIDS.

Saat ini Kementerian Sosial telah memiliki tiga Balai dan Loka, yaitu Balai Rehabilitasi Sosial Orang Dengan HIV Wasana Bahagia Ternate, untuk penanganan wilayah timur, Balai Rehabilitasi Sosial Orang Dengan HIV Bahagia Medan, untuk penanganan wilayah Sumatera dan Kalimantan, serta Loka Rehabilitasi Sosial Orang Dengan HIV Kahuripan Bekasi dengan wilayah kerja Pulau Jawa, NTB, dan Bali.

“Perlu juga diketahui, Indonesia adalah negara pertama di dunia yang memiliki lembaga rehabilitasi milik pemerintah, meski angka HIV/AIDS di Indonesia bukan tertinggi di dunia,” ungkapnya.

4. Kemensos mengukuhkan 1.000 Sahabat ODHA

Untuk merangkul seluruh penderita HIV/AIDS, Kementerian Sosial melakukan pengukuhan 1.000 Sahabat Peduli ODHA. Pengukuhan 1.000 Sahabat Peduli ODHA tahun 2018 melengkapi kegiatan serupa, yakni pengukuhan 1.000 Sahabat Peduli ODHA, yang dilakukan tahun 2007.

“Mereka yang dikukuhkan diharapkan dapat menjadi pioner, agen-agen di masyarakat yang memberikan pemahaman yang tepat dan benar tentang HIV/AIDS,” kata Agus.

Dia berharap, melalui Sahabat Peduli ODHA, masyarakat dapat memahami sekaligus menghindari penyebaran virus HIV/AIDS dan menjadi sahabat mereka yang telah terdampak untuk bangkit bersama menatap masa depan yang lebih cerah.

5. Rekrutmen Sahabat ODHA bersamaan dengan Hari AIDS Sedunia

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Edi Suharto menambahkan, rekrutmen dan pembinaan terhadap 1.000 Sahabat Peduli ODHA tahun 2018, dilaksanakan di Provinsi Lampung sebanyak 250 orang, Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 250 orang kemudian dilanjutkan dengan mengukuhkan 500 Sahabat Peduli ODHA di di Provinsi DKI Jakarta.

“Pelaksanaannya diadakan bersamaan dengan puncak Hari AIDS Sedunia 2018. Mereka inilah yang nantinya menjadi juru bicara di lingkungannya untuk menjelaskan akan bahaya penularan virus HIV/AIDS,” kata Edi.

Pos terkait