Engkau Dalam Pandangan Orang Lain

SEBERAPA kuat upayamu, kamu tak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Begitu pesan bijak Nasruddin Khodja, seorang sufi yang memberikan banyak pelajaran hidup pada generasi sesudahnya. Tentang pentingnya menjaga niat dalam perbuatan.

Nasruddin atau Nasreddin adalah seorang sufi satirikal dari Dinasti Seljuk, dipercaya hidup dan meninggal pada abad ke-13 di Akshehir, dekat Konya, ibu kota dari Kesultanan Rûm Seljuk, sekarang di Turki. Ia dianggap orang banyak sebagai filsuf dan orang bijak, dikenal akan kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu dan sangat sarat makna juga hikmah.

Bacaan Lainnya

Suatu ketika Khodja melakukan perjalanan dengan anaknya ke sebuah desa, mengendarai keledai. Di jalan mereka bertemu dua perempuan dan keduanya pun berkata “Anak muda yang kuat naik keledai sementara ayahnya yang sudah tua justru dibiarkan berjalan kaki, sungguh tega sekali,” kata mereka pada Khodja dan anaknya.

Sang anak pun turun dari Keledai, dan meminta ayahnya untuk naik. Anaknya kemudian menuntun keledai yang ditunggangi Khodja. Mereka berpapasan dua orang tua, lalu berkata pada Khodja dan anaknya. “Hai, orang tua, betapa teganya engkau duduk santai di atas Keledai, sementara anakmu bermandi peluh berjalan menuntun Keledaimu,” ujar mereka.

Mendengar kalimat kedua orantua itu, Khodja kemudian menarik anaknya dan menunggangi keledai itu berdua. Mereka kemudian berjalan di bawah terik matahari. Keledai kecil itu terseok-seok, menahan beban berat Khodja dan anaknya. Hingga bertemu sekelompok orang yang sedang berkerumun di jalan desa. Orang banyak itu berkomentar kepada Khodja dan anaknya, “Kejam sekali kalian berdua, kasihan hewan itu. Terlalu berat untuk menanggung beban dua orang, binatang itu pasti akan mati.

Khodja dan anaknya pun memutuskan untuk turun, kemudian sama-sama menuntun Keledai itu. Belum jauh mereka berjalan, bertemu lagi dengan orang yang berkomentar kembali dan menghina Khodja sebagai orang yang bodoh karena membiarkan keledai berjalan tanpa beban dan hanya dituntun tanpa memberikan manfaat. Keduanya saling menatap dan tersenyum.

Khodja pun bicara pada anaknya, “Lihatlah wahai anakku, kapankah kita akan lepas dari lidah orang lain. Akan selalu ada orang, yang tidak senang dengan perbuatan orang lain. Jadi bekerjalah dengan ikhlas dan hanya untuk menyenangkan Allah,” ujarnya. Pelajaran dari Khodja dan anaknya adalah peristiwa kita sehari-hari, anda atau saya akan mengalami nasib dikomentari orang seenak isi hati dan kepalanya.

Seperti pesan-pesan bijak, sahabat Nabi Muhammad, “Jangan ceritakan dirimu kepada yang orang yang tak menyukaimu, karena mereka tak akan pernah percaya. Jangan pula menjelaskan siapa dirimu kepada sahabatmu, karena dia tak membutuhkannya.”

Jika karena pujian orang yang engkau tunggu dari apa yang engkau lakukan saat ini, mungkin saja mulut dan hatinya tak sama. Jika cemoohan orang yang engkau jadikan pedoman dalam berbuat, maka niscaya engkau tak akan pernah bisa melakukan apapun. Maka teruslah berbuat selama itu engkau yakini bukan diawali niat yang buruk.

Setiap langkah dan perbuatan selalu menyimpan dua sisi, pengakuan atau pengingkaran. Disetiap pencapaian dalam perjalananmu selalu tersedia kekaguman dan kecemburuan. Nasihat Khodja kepada anaknya, sesungguhnya nasihat kepada manusia akan isi hati, pikiran dan omongan orang disekeliling kita. “Jika terasa sakit, kembalah membenahi niat. Jika tidak terasa apapun, boleh jadi Keikhlasan telah menyertainya.” Salam sehat 🙏

Sudiang, 6 Oktober 2021

Zulkarnain Hamson

Pos terkait