Salah satu momen penggambilan gambar musikal berjudul “Berani Adalah Cahaya”/Ist
Kumbanews.com – Sekelompok Orang Muda Katolik Paroki Wedi, Klaten, bersama umat Gereja Katolik St. Perawan Maria Bunda Kristus menggarap film musikal berjudul “Berani Adalah Cahaya”.
Film yang disutradarai Rm Basilius Edy Wiyanto Pr ini menawarkan makna baru tentang keberanian, yang tak hanya soal fisik atau menentang larangan, tetapi sebagai cahaya dalam mengambil keputusan yang benar dan bermakna.
Film berdurasi 60 menit ini bercerita tentang anak-anak sekolah yang berani melanggar mitos dan memasuki hutan terlarang demi mencari bola voli.
Di balik keputusan mereka, tersembunyi makna keberanian untuk mengikuti suara hati. Dalam narasi tersebut, keberanian bukan tindakan sembrono, tetapi wujud kesadaran terhadap nilai dan kebenaran, meskipun penuh risiko.
Proyek film ini melibatkan sekitar 90 orang dari berbagai unsur, mulai dari pemain, kru, hingga tim musik. Naskah ditulis oleh Paulus Muhammad Sodiq, sementara editing ditangani oleh Cornelius Teddy H. Musik dan lagu digarap oleh Emanuel Maria Venanto Rio Nursetyo.
Rm Edy sendiri bertindak sebagai sutradara utama yang menggagas konsep dan nilai cerita.
“Nilai utama film ini terinspirasi dari pemikiran Rm YB Mangunwijaya Pr, seorang tokoh pendidikan anak-anak miskin yang dikenal dengan nama “Romo Kali Code,” kata Rm Edy melalui siaran persnya, dikutip Sabtu 19 Juli 2025.
Rm YB Mangunwijaya Pr memperjuangkan pendidikan yang merata tanpa memandang suku dan agama, dengan menanamkan nilai eksploratif, kreatif, dan integral sebagai fondasi keberhasilan pendidikan anak.
Nilai pendidikan yang ditawarkan Rm Mangunwijaya Pr sangat sederhana tetapi menyentuh pada nilai yang ditawarkan kepada anak didik.
Pendidikan anak dianggap berhasil ketika siswa dapat mewujudkan tiga nilai yakni: ekploratif, kreatif dan integral.
Ketika dalam diri anak muncul tiga nilai ini, diyakini Rm Mangunwijaya, mental dan karakter anak akan terbentuk. Ketiga nilai ini kemudian menjadi warisan Rm Mangunwijaya, yang diperolehnya dari berbagai zaman kolonialisme, kemerdekaan dan zaman setelah kemerdekaan.
Ketika Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, menurut Mangunwijaya, sebagaimana diceritakan Rm Edy, pendidikan merupakan sasana, salah satunya mencerdaskan para pejuang bangsa.
Dari tangan Ki Hajar Dewantara, pendidikan menjadi proses pendampingan untuk membentuk watak atau karakter bangsa. Pendidikan tidak hanya mencerdaskan tetapi juga menginspirasi dan membuka wacana makna sebuah kata berani dari sebuah perjuangan kemerdekaan.
Namun setelah kemerdekaan, pendidikan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Tiga nilai pendidikan yang harusnya ada dan berkembang yakni, kreatif, ekploratif dan integral, ternyata tidak muncul, tidak kelihatan, dan diabaikan. Nilai-nilai itu hilang dari pendidikan anak-anak di hampir semua zaman atau orde pemerintahan.
“Sekarang anak-anak kehilangan keceriaannya masa kecil. Mereka tidak bisa bermain karena terbebani oleh kurikulum atau bahkan asyik dengan gadget. Atau juga kurikulumnya dipaksakan,” kata Rm Edy.
Pastor Paroki Gereja Wedi ini menjelaskan lebih lanjut. Indonesia adalah harta karun. Namun harta karun itu tidak menjadi milik bangsa Indonesia karena keberanian untuk memiliki negara, bangsa serta karakter tidak ditanamkan kepada anak-anak. Yang muncul kemudian adalah pembodohan, dikatakan kaya tetapi secara wujud Indonesia tidak dimiliki bangsa Indonesia.
Karena dana yang terbatas, Rm Edy mengaku, film ini dibuat dengan segala kemampuan optimal para pemain, penulis skenario, pemusik dan pendukung lain.
Seluruh lokasi shooting berada di Giri Wening, Sengonkerep, Gedangsari, Gunung Kidul, mulai dari pedukuhan yang asri, rumah penduduk hngga bukit Giri Wening yang menampilkan kekayaan budaya dan alam yang menawan.
Ketika ditanya, kapan film Berani Adalah Cahaya akan diluncurkan ke masyarakat, Rm Edy mengatakan, masih rahasia
Sumber: RMOL