Representative Image/Net
Kumbanews.com – Organisasi kemanusiaan Médecins Sans Frontières (MSF), atau Dokter Lintas Batas, menyebut Gaza kini telah berubah menjadi “kuburan massal” bagi warga Palestina dan para relawan yang berusaha memberikan bantuan.
Seruan keras pun disampaikan kepada Israel untuk menghentikan pengepungan yang mereka sebut “tidak manusiawi dan mematikan”.
“Gaza telah berubah menjadi kuburan massal warga Palestina dan mereka yang datang untuk membantu mereka,” tegas koordinator darurat MSF, Amande Bazerolle, seperti dimuat Sky News pada Rabu, 16 April 2025.
Pernyataan ini muncul setelah laporan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menewaskan sedikitnya 13 orang di Gaza utara dan terus menggempur rumah-rumah di Rafah, bagian selatan wilayah tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, jumlah korban jiwa akibat invasi Israel telah melampaui 51.000 orang.
Di sisi lain, data PBB menunjukkan bahwa sebanyak 409 pekerja kemanusiaan telah tewas sejak operasi darat Israel dimulai.
“Karena tidak ada tempat yang aman bagi warga Palestina atau mereka yang mencoba membantu mereka, respons kemanusiaan sangat terhambat oleh ketidakamanan dan kekurangan pasokan yang kritis, sehingga orang-orang hanya memiliki sedikit, jika ada, pilihan untuk mengakses perawatan,” tambah Bazerolle.
Foto-foto dari lapangan menunjukkan kehancuran masif: reruntuhan rumah, jasad warga sipil yang tertimpa bangunan, dan para relawan yang berjuang menyelamatkan korban dari puing-puing.
Di Jabalia, seorang pria Palestina terlihat memeriksa bekas serangan udara yang meratakan rumah-rumah mereka.
Namun, alih-alih membuka akses bantuan, Israel melalui Menteri Pertahanan Israel Katz menegaskan bahwa pasukan mereka akan tetap berada di “zona keamanan” Gaza untuk waktu yang tidak ditentukan.
“Tidak seperti di masa lalu, (militer Israel) tidak mengevakuasi daerah yang telah dibersihkan dan direbut,” kata Katz.
Ia juga menegaskan bahwa Israel akan terus membatasi masuknya bantuan sebagai bentuk tekanan terhadap Hamas.
Di sisi lain, Hamas menolak membebaskan para sandera yang tersisa tanpa adanya penarikan penuh Israel dari Gaza dan tercapainya gencatan senjata yang langgeng.
Usaha gencatan senjata yang sempat dirancang sebelumnya pun gagal di tengah jalan, meninggalkan harapan yang kembali memudar di tengah penderitaan warga sipil.
Situasi ini menciptakan dilema kemanusiaan yang mendalam. Dengan pengepungan ketat, kehancuran infrastruktur, serta jumlah korban yang terus meningkat, Gaza kini bukan hanya zona perang, melainkan simbol dari krisis kemanusiaan yang belum menemui jalan keluar.
Sumber: RMOL