Gegara Baca Kitab Kuno, Wanita Ini Temukan Obat Selamatkan Manusia

Foto: Ilustrasi/ Jakarta, Rabu (20/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Kumbanews.com – Malaria, penyakit yang disebabkan nyamuk Anopheles, merupakan salah satu penyakit khas penduduk di negara tropis. Pada tahun 1950-an, pengobatan penyakit ini hanya menggunakan klorukuin.
Klorokuin sendiri sudah tak bisa lagi digunakan imbas dinyatakan resisten terhadap parasit Plasmodium yang ditularkan Anopheles, sehingga tak terhitung berapa banyak orang meninggal dunia akibat malaria.

Namun kekhawatiran ini untungnya bisa diatasi oleh ahli jamu yang menemukan petunjuk “harta karun” dari resep kuno usai membaca kitab China berusia ribuan tahun.

Berawal Baca Kitab China Kuno
Ahli jamu itu bernama Tu Youyou. Sejak muda, perempuan yang saat itu berusia 39 tahun memiliki hobi menekuni berbagai macam pengobatan tradisional atau jamu di tanah China. Apapun nama penyakit, dia akan menggali resep kuno dan mempraktikkannya kepada pasien.

Kepiawaian ini lantas membuatnya dilirik oleh Presiden China Mao Zedong. Tahun 1950-an, Mao sedang pusing gara-gara negaranya dilanda wabah malaria. Obat-obatan tak bisa menyembuhkan. Alhasil, dia membuat proyek rahasia bernama Proyek 523 yang didalamnya terdapat ahli jamu bernama Tu Youyou.

Selama proses penugasan, dia ditugaskan untuk mencari resep obat berdasarkan setumpuk kitab China kuno. Sebagai wawasan, China merupakan salah satu peradaban paling tua dan termaju di dunia. Berbagai aktivitas tercatat rapih dalam kitab-kitab. Jadi, bisa dibayangkan, betapa banyak kitab-kitab kuno yang dibuka lembar per lembar oleh Tu Youyou.

Forbes menceritakan dia berhasil mengumpulkan 2.000 kitab obat berbahan dasar tumbuhan dan hewan. Dari 2.000 kitab itu dia membuka satu per satu halaman yang ringkih dan membacanya secara detail untuk menemukan petunjuk ‘harta karun’ guna mengatasi malaria.

Setelah hari demi hari, akhirnya dia menyisihkan menjadi tinggal 640 kitab kuno. Dari ratusan kitab, ada satu yang menjadi kunci penelitian. Kitab itu ditulis di atas selembar kain sutra yang berasal dari tahun 168 Sebelum Masehi. Di sana tertera penyakit yang mirip malaria di era modern dan berhasil diatasi lewat obat bernama qinghao.

Setelah menemukan satu petunjuk penting tersebut, Tu bergegas mengujinya di laboratorium. Lagi-lagi, dia menguji coba berdasarkan cara yang diperoleh dari kitab China. Kali ini, dia mengacu pada cara dari seorang Tabib bernama Ge Hong yang hidup di abad ke-4 SM.

Sebelumnya, mengutip riset “From Branch to Bedside: Youyou Tu is Awarded the 2011 Lasker” (2011), Tu selalu gagal mengambil zat anti-malaria karena mengalami kesalahan dalam menguji. Namun, setelah mengikuti cara dari tabib Ge Hong, zat tersebut bisa diperoleh.

Dari sini, zat anti-malaria qinghao diujicoba ke tikus dan monyet dan menunjukkan keberhasilan. Setelah berhasil, qinghao diujicoba ke manusia dan juga berhasil. Seluruh uji coba menunjukkan bahwa zat yang digali dari kitab China kuno ribuan tahun lalu tersebut terbukti efektif melawan malaria.

Pada 4 Oktober 1971, Tu mengumumkan temuan ini kepada publik dan industri farmasi bergegas memproduksi besar-besaran obat malaria dari kitab China. Sejak saat itu, “kiamat” dunia, khususnya bagi warga di negara tropis, tak lagi terjadi.

Tingkat keberhasilan pengobatan malaria sangat tinggi. Usai menemukan “Harta Karun” dari kitab China kuno, Tu banyak diundang berbagai lembaga mempresentasikan temuannya tersebut. Selain itu, dia juga diberi banyak penghargaan.

Puncaknya terjadi pada 2015 kala dia menerima Nobel Kedokteran dan mendapat uang tunai Rp15 miliar. Ini membuatnya menjadi ahli jamu dan orang China pertama yang diganjar hadiah tertinggi di dunia kedokteran.

 

 

 

 

Sumber: Cnbc Indonesia

Pos terkait