Kumbanews.com – Harga beras di sejumlah wilayah di Indonesia mengalami kenaikan, termasuk di Sulawesi Selatan.
Kenaikan harga beras di Sulawesi Selatan pada awal Juli meski stok regional dinyatakan aman membuka mata publik bahwa persoalan pangan bukan pada ketersediaan, melainkan pada tata kelola distribusi dan perilaku pelaku pasar.
Kenaikan ini terjadi pada hampir seluruh jenis beras. Beras kualitas bawah I tercatat Rp12.450 per kilogram, sedangkan kualitas bawah II naik menjadi Rp12.600. Untuk kategori medium, kualitas I berada di angka Rp14.500 dan kualitas II di Rp14.100 per kilogram.
Sementara itu, beras kualitas super I dihargai Rp15.250 dan kualitas super II Rp14.700. Kenaikan ini menandai tren yang perlu diantisipasi, terutama karena dipengaruhi kondisi pasokan dan permintaan yang tidak seimbang di pasar.
Fitrah, salah satu warga Makassar yang juga ibu rumah tangga mengeluhkan kenaikan harga beras yang merangkak naik.
“Harga beras tiap 4 bulan sekali selalu mengalami kenaikan yang tadinya harga Rp 12.000/liter sekarang menjadi Rp.15.000/liter. Bahkan beras biasa sebelumya di jual dengan harga Rp.9000/liter, sekarang jadi 13000/liter,” ucap Fitrah kepada kumbanews (17/07).
Lanjut, Fitrah menduga bahwa ada oknum yang sengaja menaikkan harga beras, dengan alasan stok beras berkurang. Padahal pemerintah selalu mengatakan stok beras aman.
” Saya menduga ada mafia mafia yang sengaja menaikkan harga dengan alasan stok beras berkurang. Padahal mungkin saja beras itu ditumpuk di gudang. Jadi kalau beras langkah pengusaha dan pedagang seenaknya menaikan harga beras,” ujarnya.
Selain harga beras yang merangkak naik, Fitrah juga mengeluhkan kualitas beras yang banyak beredar di pasar. Warna beras kuning serta kehitaman dan patah patah.
” Kemarin saya beli beras premium merek mawar merah isi 25 kg, warnanya kuning dan patah-patah seperti sudah di oplos dicampur dengan beras yang lain.
Padahal empat bulan lalu saya juga beli beras dengan merek yang sama berasnya bagus bersih dan tidak patah patah. Sekarang ini berasnya kenapa seperti bukan cuman warnanya yang lain tapi kalau di masak cepat basi.
Sementara itu Fitrah berharap kepada pemerintah terutama Dinas Perdagangan Makassar dan Bulog, untuk turun langsung ke lapangan memantau harga beras di pasar.
” Kami berharap kepada pemerintah untuk segera turun sidak ke pasar memantau harga beras dan juga beras oplosan. Karena kami khawatir banyak pedang nakal yang sengaja memainkan harga dan melakukan kecurangan dengan oplos beras. Contohnya kemarin di Toko Cahaya Mandiri Barombong, disana itu kita bebas memilih tempat beras bermerek seperti merek mawar merah tapi, isinya beras biasa tapi harga tetap sama, terangnya.
Sementara itu Toko Beras Cahaya Mandiri yang di konfirmasi soal harga beras yang melambung naik
dan kualitas beras yang buruk, mengatakan,” harga beras memang naik pak. Soal kualitas beras saya kurang paham, kebetulan Bos saya lagi sibuk atur atur barang dagangannya,” kata karyawan Toko Cahaya Mandiri.
Terpisah, Haji Ariani pemilik toko beras Caca, mengakui kalau dirinya hanya mengikuti harga saja, ” ya saya ikut saja kalau harga beras naik ya kami para pedagang juga akan menaikkan harga beras.
“Harga beras naik, karena mungkin bapak Prabowo ingin menaikkan derajat petani kita. Soal kualitas beras tinggal kita pilih beras apa yang kita mau, tinggal pilih merk. Nanti kami pilihkan beras di dalam karung dengan kualitas beras yang sesuai merk yang kita mau,” demikian Ariani.
Soal beras oplosan yang marak, pedagang beras ini hanya diam dan terlihat kebingungan .
Penulis/ Editor: Yusuf