Kumbanews.com- Hari Guru Nasional seharusnya menjadi momentum refleksi dan apresiasi atas dedikasi para pendidik. Namun, di Kabupaten Gowa, hari istimewa ini terasa pahit. Bayangan pilu menyelimuti peringatan hari guru tahun ini, diwarnai oleh hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap para guru. Bukannya mendapatkan penghormatan, para guru justru dihadapkan pada realita yang menyayat hati.
Di tengah hiruk-pikuk perayaan Hari Guru Nasional, Kabupaten Gowa justru dibayangi oleh kekecewaan mendalam. Kepercayaan masyarakat terhadap para guru, yang seharusnya menjadi pilar utama pendidikan, telah runtuh. Bukan lagi sosok panutan yang bijak dan netral, sebagian guru kini dianggap telah kehilangan integritasnya. Mereka dinilai telah terlibat dalam pusaran politik praktis, khususnya dalam pemilihan kepala daerah kabupaten Gowa.
Ketidaknetralan tersebut telah mencederai amanah dan profesi mulia sebagai guru. Para guru, yang seharusnya menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam bersikap adil dan objektif, justru menunjukkan sikap yang bias dan memihak.
Hal ini telah menimbulkan keresahan dan kekecewaan di kalangan masyarakat, khususnya para orang tua murid. Mereka merasa khawatir pendidikan anak-anak mereka akan terpengaruh oleh kepentingan politik.
Dampaknya sangat terasa. Kepercayaan yang hilang sulit dipulihkan. Hubungan antara guru dan masyarakat menjadi renggang, bahkan terkesan penuh kecurigaan. Suasana belajar mengajar pun menjadi tidak kondusif. Anak-anak menjadi korban dari konflik kepentingan yang melibatkan para gurunya. Mereka kehilangan figur panutan yang seharusnya menjadi inspirasi mereka.
Lebih menyedihkan lagi, situasi ini terjadi di hari yang seharusnya dirayakan dengan sukacita. Hari Guru Nasional, yang seharusnya dipenuhi dengan rasa hormat dan penghargaan, justru diwarnai oleh kesedihan dan kekecewaan. Ini merupakan ironi yang menyakitkan bagi dunia pendidikan di Kabupaten Gowa.
Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi seluruh elemen pendidikan di Kabupaten Gowa. Masyarakat berharap agar kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi para guru. Mereka harus kembali pada jati diri mereka sebagai pendidik yang profesional, netral, dan berintegritas. Kepercayaan masyarakat harus direbut kembali dengan tindakan nyata, bukan hanya dengan kata-kata.
Pemerintah Kabupaten Gowa juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini. Mereka perlu mengambil langkah-langkah konkrit untuk memastikan netralitas para guru dalam setiap proses politik. Selain itu, perlu adanya pembinaan dan pengawasan yang ketat untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Semoga kekecewaan ini dapat menjadi titik balik bagi perbaikan dunia pendidikan di Kabupaten Gowa. Semoga Hari Guru Nasional tahun depan dapat dirayakan dengan penuh kebanggaan dan harapan, tanpa bayang-bayang kekecewaan yang mendalam. Semoga kepercayaan masyarakat terhadap para guru dapat dipulihkan kembali, dan pendidikan di Kabupaten Gowa dapat kembali berjaya.