Ilustrasi/Ist
Kumbanews.com – Pengakuan mengejutkan datang dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang secara terbuka menyatakan bahwa Tel Aviv telah mempersenjatai geng kriminal bersenjata di Jalur Gaza untuk melawan Hamas.
Dalam sebuah video yang diunggah melalui media sosialnya, Netanyahu menyebut langkah tersebut sebagai kebijakan yang tepat dan didasarkan pada rekomendasi intelijen keamanan Israel.
“Langkah tersebut merupakan ‘hal yang baik’ sesuai saran intelijen keamanan untuk melawan Hamas di Gaza,” ujar Netanyahu sebagaimana dikutip dalam unggahan videonya.
Melansir laporan Al Jazeera, Sabtu 7 Juni 2025, seorang pejabat Israel yang berbicara kepada Associated Press mengungkapkan bahwa salah satu kelompok yang dipersenjatai adalah Popular Forces, sebuah milisi yang dipimpin oleh Yasser Abu Shahab dan berbasis di Rafah, Gaza selatan.
Geng Kriminal Berkedok Kelompok Milisi
Popular Forces atau Pasukan Populer sendiri merupakan kelompok bersenjata yang awalnya dikenal sebagai geng kriminal di Rafah. Kelompok ini diduga kuat bermula dari aktivitas ilegal dan berkembang menjadi faksi bersenjata yang terinspirasi oleh ideologi Salafi-jihadis.
Menurut laporan dari European Council on Foreign Relations (ECFR) dan media Arab Al-Araby Al-Jadeed, Popular Forces memiliki ratusan anggota yang sebagian besar berasal dari klan Abu Shabab, klan yang dikaitkan dengan kelompok teroris ISIS.
Milisi ini disebut terlibat dalam aktivitas penyelundupan senjata dan narkoba lintas perbatasan Gaza-Sinai, kawasan yang telah lama menjadi sarang kelompok afiliasi ISIS.
Bahkan, pada Mei 2025, kelompok ini dilaporkan mengganti nama dari “Unit Anti-Terorisme” menjadi “Popular Forces”, diduga untuk menyamarkan afiliasi mereka yang sebenarnya.
Figur Abu Shahab: Antara Gembong Narkoba dan Milisi Bayaran
Yasser Abu Shahab sendiri dikenal sebagai sosok kontroversial. Ia berasal dari klan Badui Tarabin dan pernah dipenjara oleh Hamas karena keterlibatannya dalam kasus penyelundupan narkoba.
Saudaranya bahkan dilaporkan tewas saat Hamas menggempur kelompok ini dalam sebuah operasi pembersihan terhadap konvoi bantuan yang diserang.
Dalam wawancara dengan The Washington Post pada November 2024, Abu Shahab tidak membantah bahwa anak buahnya menjarah bantuan kemanusiaan. Namun, ia mengklaim tidak mengambil barang-barang yang ditujukan untuk anak-anak.
Ia juga disebut telah dikeluarkan dari beberapa aliansi suku akibat tuduhan berkolaborasi dengan Israel dan keterlibatannya dalam pencurian bantuan kemanusiaan.
Sumber: RMOL