Kumbanews.com – Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai rencana pembunuhan empat tokoh nasional masih ‘nanggung’. Sebab, yang jadi target bukanlah tokoh utamanya; calon presiden yang dinyatakan sebagai pemenang Pilpres 2019.
Diketahui, mereka yang diincar antara lain Menkopolhukam Wiranto, Kepala BIN Budi Gunawan, Staf Khusus Presiden Gories Mere, dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
“Masih banyak tanda tanya. Bukan ganjil. Sebagai sebuah rencana, ini kan rencana yang nanggung,” ujar Khairul, Rabu (29/5).
Jika kerusuhan 22 Mei lalu berkaitan dengan hasil Pilpres 2019, lanjutnya, mestinya capres pemenang yang menjadi target perusuh. Bukan empat pejabat negara yang sebelumnya disebut oleh pihak kepolisian.
Khairul menganggap itu sebagai temuan yang menarik. Akan tetapi, mengandung banyak pertanyaan yang belum terjawab.
“Menarik lho, kenapa plot targetnya nanggung, bukan presiden sekalian yang diincar? Atau ketua-ketua partai? Ini seolah mengonfirmasi bahwa hari ini mereka inilah aktor politik dominan. Ditambah Moeldoko, seperti diakuinya, juga jadi target pembunuhan,” kata dia.
Khairul mengatakan motif perusuh mengincar empat pejabat negara itu mesti diungkap secara rinci.
“Dalam status sebagai apa mereka ini ditarget? Sebagai pejabat pemerintahkah? Sebagai penopang kekuasaan atau sebagai apa?” ucapnya.
Dia mengamini bahwa pengungkapan motif yang sebenarnya memang tidak mudah. Apalagi jika sebatas menggali pengakuan dari eksekutor.
Dalam bisnis jasa pembunuh profesional, kata Khairul. eksekutor umumnya tidak tahu dan tidak perlu tahu motif kliennya.
Khairul menilai polisi harus hati-hati serta cermat dalam mengungkap dan menyimpulkan kasus tersebut. Jangan sampai ada asumsi-asumsi liar di khalayak yang muncul akibat pertanyaan yang tak terjawab.
“Kita ingatkan polisi untuk cermat dan Hati-hati mengungkap ini. Jangan sampai malah ikut-ikutan tebar hoaks,” kata Khairul.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut aksi rusuh 22 Mei ditunggangi oleh kelompok terafiliasi ISIS. Mengenai hal itu, Khairul tak mau terlalu cepat sepakat.
Menurut Khairul, kelompok ekstremis membuat dan menjalankan agendanya sendiri. Justru momen gaduh buntut dari penyelenggaraan Pilpres 2019 bisa memudahkan mereka menjalankan aksinya, karena aparat terkonsentrasi menjaga keamanan. Aspek lain menjadi terbengkalai.
“Momen pilpres dengan segenap kegaduhannya, dianggap bakal menyita konsentrasi aparat keamanan dan memudahkan mereka menjalankan agendanya,” kata Khairul.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga menyampaikan pihaknya telah menangkap seluruh eksekutor pembunuhan. Kepolisian juga telah mengamankan empat pucuk senjata.
Kepolisian juga sedang memburu pihak yang mendanai rencana pembunuhan itu untuk memastikan motif rencana pembunuhan tersebut. Sejauh ini polisi baru mengetahui motif para eksekutor yang telah tertangkap adalah motif ekonomi. (*)