Kumbanews.com – Dinas Tata Ruang Kota Bandung hanya menfasilitasi penggalian dan penguburan jenazah pasien COVID-19 di TPU Cikadut, tempat pemakaman khusus pasien corona.
Penggotongan jenazah sejak dikeluarkan dari ambulans menuju liang lahat diserahkan pada keluarga. Karena itu munculah jasa pikul jenazah yang dikabarkan mematok tarif hingga jutaan rupiah. Lantas apa kata para jasa pikul jenazah ini?
Koordinator Tim Jasa Pikul Jenazah COVID-19 TPU Cikadut Fajar Ifana menyatakan ingin meluruskan mengenai informasi terkait jasa gotong jenazah yang tarifnya sampai jutaan rupiah.
“Satu poin buat masyarakat Bandung, kami tidak pernah memungut atau mematok harga untuk memakamkan, ada yang tidak bayarp pun kita laksanakan dengan ikhlas,” kata Fajar kepada detikcom usai melakukan pertemuan bersama Distaru Kota Bandung dan Forkompimcam Mandalajati, Senin (25/1/2021) sore.
Ia menegaskan pihaknya tidak mematok besaran jasa pikul jenazah. Menurutnya tarif itu murni atas keridhoan ahli waris dan persetujuan keduabelah pihak. “Jenazah datang ke Cikadut harus bayar Rp 2 juta? Itu tidak benar,” tegasnya.
Menurut Fajar pihaknya tak memaksa keluarga jenazah COVID-19 harus menggunakan jasa mereka. “Setiap jenazah ke Cikadut boleh dipikul pihak ahli waris atau manapun yang penting tetap menjaga protokol kesehatan yang ditentukan pemerintah,” kata.
Namun apabila ahli waris meminta bantuan pada mereka, tak akan ditolak. “Kami tidak memaksa harus dipikul rekan-rekan kami. Dan rekan-rekan kami juga siap membantu bila keluarganya benar-benar kurang mampu tanpa dipungut sedikitpun,” tambahnya.
Fajar mengaku tak jarang terjadi kesalahpahaman dari pihak keluarga. Pihak keluarga, tahunya ketika jenazah diantarkan ambulans dari rumah sakit ke TPU Cikadut sudah siap dimakamkan. Padahal, pemerintah hanya memberikan fasilitas gali dan urug liang lahat saja.
“Kebanyakanya ahli waris kurang mengerti, awalnya ada penolakan, mereka berbicara mahal, setelah kami utarakan kebutuhan kami di sini karena kami tidak dapat bantuan dari manapun dan pihak manapun. Uang Rp 2 juta itu kami bagi untuk 36 orang dari satu jenazah. Siang malam, hujan, pagi, kami harus siap 24 jam membantu,” jelasnya.
Fajar menambahkan, uang tersebut digunakan kembali untuk keperluan para relawan di mana untuk pengadaan APD itu sendiri dilakukan secara mandiri tanpa ada bantuan dari pemerintah.
“Sebagian biaya pikul itu kami simpan untuk kas, kami pergunakan untuk hazmat, APD, pengadaan vitamin, test swab dua bulan sekali itu juga sebagian dan alhamdulillah rekan-rekan juga bilamana ada uang lebih kita sumbangkan ke madrasah untuk baksos ke masyarakat sekitar,” paparnya.
Fajar menegaskan uang jutaan yang diterima mereka tak sebanding dengan risiko memikul jenazah corona. “Rp 2 juta untuk 36 orang jika dibanding dengan risiko, itu bukan nominal yang gede,” tandasnya.
Lebih lanjut Fajar mengungkapkan para jasa pikul jenazah corona itu mayoritas merupakan warga yang kena PHK gegara pandemi. “Hampir 11 bulan, awalnya kita ada di sini hanya 8 orang sekarang 36 orang yang terlibat Karangtaruna Karang Pamulang dan Mandala Jati, juga unsur kepemudaan di Cikadut,” pungkasnya.(dtk)