Jokowi Mau Tuntaskan Defisit 3 Tahun, Malaikat Setengah Dewa?

  • Whatsapp

Kumbanews.com – Salah satu masalah besar yang menggelayuti perekonomian Indonesia adalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali menekankan bahwa masalah ini harus segera dituntaskan.

Jokowi mengakui bahwa selama ini masalah defisit transaksi berjalan belum diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, eks gubernur DKI Jakarta itu menargetkan defisit transaksi berjalan bisa tuntas dalam waktu 3-4 tahun.

Bacaan Lainnya

“Saya mengajak kita semua untuk bersama-sama melihat betapa berpuluh tahun kita menghadapi masalah defisit neraca transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan, tidak bisa kita tangani secara baik. Saya meyakini penyakit ini bisa kita selesaikan dalam 3-4 tahun mendatang,” papar Jokowi.

Pertama, sebenarnya masalah defisit transaksi berjalan belum menghinggapi Indonesia selama puluhan tahun. Indonesia baru ‘rajin’ membukukan defisit transaksi berjalan sejak 2011, jadi baru sekitar delapan tahun. Jangan puluhan, belasan tahun pun belum.

Kedua, Pak Jokowi boleh saja punya target defisit transaksi berjalan bisa berbalik menjadi surplus dalam 3-4 tahun. Semoga tercapai, karena tantangan yang dihadapi tidak ringan.

Indonesia Harus Mandiri bin Berdikari!

Mari kita sedikit menelisik transaksi berjalan. Pada kuartal III-2019, transaksi berjalan Indonesia mencatatkan defisit US$ 7,66 miliar atau 2,66% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Ada dua ‘penyumbang’ terbesar dalam defisit tersebut. Pertama adalah pendapatan primer yang tekor US$ 8,43 miliar dan kedua jasa-jasa yang minus US$ 2,27 miliar,

Untuk pos pendapatan primer, terjadi defisit US$ 2,81 miliar di pendapatan investasi portofolio sementara pendapatan investasi langsung minus US$ 4,63 miliar. Intinya, Indonesia membayar lebih banyak ketimbang yang diterima dari investasi yang masuk, baik itu di sektor keuangan maupun sektor riil.

Oleh karena itu, Indonesia harus mampu lebih mandiri, lebih berdikari baik di pasar modal maupun pasar becek. Dengan begitu, transaksi berjalan tidak perlu tertekan akibat pembayaran dividen ke luar negeri.

Di pasar modal, sudah ada perkembangan positif di bursa saham karena per kemarin, 68% perdagangan sudah dikuasai oleh investor domestik. Namun di pasar obligasi pemerintah yang terlihat justru sebaliknya.

Per 19 November, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) adalah 38,91%. Naik dibandingkan posisi awal tahun yaitu 37,32%.

Di Malaysia, kepemilikan investor asing terhadap obligasi pemerintah ‘hanya’ 22,1% per akhir September. Sementara di Thailand, porsi kepemilikan asing hanya 17% pada akhir 2018.

Sementara di sektor riil, Penanaman Modal Asing (PMA) masih mendominasi. Pada kuartal III-2019, PMA tercatat Rp 105 triliun dari total investasi Rp 205,7 triliun atau 51,04%.

Asing Masih Sangat Dominan

Kemandirian juga harus dikedepankan untuk mengatasi defisit neraca jasa. Dari defisit neraca jasa yang sebesar US$ 2,27 miliar, yang terbesar adalah defisit jasa transportasi yang minus US$ 1,99 miliar.

“Defisit jasa transportasi disebabkan oleh kenaikan pembayaran jasa freight menjadi US$ 1,9 miliar dari US$ 1,8 miliar pada triwulan sebelumnya seiring dengan meningkatnya impor barang non-migas. Selain itu, defisit jasa transportasi penumpang juga mengalami peningkatan dari US$ 0,4 miliar pada triwulan II-2019 menjadi US$ 0,5 miliar pada periode laporan, dipengaruhi oleh kenaikan jumlah kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri seiring dengan musim pelaksanaan ibadah haji,” jelas laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2019.

Pengangkutan ekspor-impor saat ini masih didominasi oleh pelayaran atau transportasi laut, sekitar 80%. Masalahnya, Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto pernah mengatakan pemain asing menguasai hingga 90% pangsa pasar.

Jadi, Pak Jokowi dan para pembantunya harus fokus membangun kemandirian ekonomi domestik agar masalah defisit transaksi berjalan bisa diselesaikan. Memang tidak mudah, tetapi juga sungguh bukan tugas yang ringan.

Apakah bisa selesai dalam 3-4 tahun? Hanya waktu (dan komitmen) yang dapat memberi jawabnya. [cb]

Pos terkait