Puncaknya, pada Kamis 28 Mei 2020 tercatat positif Covid-19 mendekati dua kali lipat dari titik terendah, yaitu sebanyak 86 orang. Titik terendah sebanyak 47 orang positif Covid-19 di Ibu Kota Jawa Tengah terjadi pada 19 Mei 2020.
Padahal, Pemkot Semarang semula berencana mengakhiri Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) pada 7 Juni 2020, dan langsung berganti pada new normal. Bahkan, tak menutup kemungkinan justru menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Kita belum tahu nanti pada saat PKM tahap 2 berakhir nanti RO (Reproduction Number)-nya bisa di bawah 1 atau tidak. Kalau di bawah 1 ya new normal kita jalankan, tapi kalau tidak ya mohon maaf, PKM kita perpanjang, atau bahkan PSBB,” tegas pria yang akrab disapa Hendi itu.
“Maka sekarang tergantung masyarakat, mau tertib atau tidak, kalau tidak mau ya kita seperti ini saja, di rumah terus, tidak ada aktivitas yang bisa dijalankan,” tandasnya.
Dia menekankan, dengan semakin banyaknya masyarakat yang tidak tertib dalam masa PKM, maka RO di Kota Semarang akan semakin sulit dikendalikan. Artinya, kemungkinan menjalankan new normal akan semakin jauh.
“Sampai tadi malam saja, teman-teman patroli masih menemukan rombongan warga yang nongkrong di luar, tanpa masker, diingatkan malah marah – marah,” ungkapnya.
“Saya rasa sulit kalau yang berupaya menuju new normal hanya pemerintah dan sebagian masyarakat saja, perlu upaya bersama, perlu pengorbanan bersama, perlu saling mengingatkan, perlu saling mengimbau,” ingat Hendi. (*)