Foto: IST
Kumbanews.com – Pemkab Maros menganggarkan Rp1 M untuk mengembangkan industri garam di wilayah pesisir Kabupaten Maros.
Wilayah tersebut berada di empat kecamatan, yakni Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau, Kecamatan Maros Baru dan Kecamatan Marusu.
Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohari mengatakan anggaran Rp1 M tersebut disiapkan untuk pendampingan petani garam dan pemasaran.
“Untuk pembinaan dan pendampingan kepada petani garam sebesar Rp500 juta. Sedangkan untuk pemasaran dan pendistribusian sebesar Rp500 juta,” jelasnya.
Makanya ia meminta aksi nyata dari Dinas Perikanan dan Dinas Kopumdag.
“Segera siapkan rincian anggarannya. Begitu pula untuk Dinas Kopumdag selaku tim pemasaran dan pendistribusian nantinya,” ungkap Suhartina.
Ketua tim peneliti garam Unhas, Indah Raya, mengatakan pengembangan garam di Maros dilakukan dengan memanfaatkan lahan petani tambak yang kering di musim kemarau.
“Sebelumnya sudah ada, namun karena hasil produksinya yang kurang bagus sehingga nilai jualnya rendah. Sekarang hanya tersisa sedikit saja petani yang masih bergelut memproduksi garam. Itu pun hanya di produksi saat musim kemarau saja, saat tambak mulai kering,” tuturnya.
Ia menjelaskan, Maros berpotensj menghasilkan garam yang berkualitas. Namun perlu intervensi teknologi yang mendukung.
Dengan begitu nilai jualnya akan lebih tinggi.
“Kami sudah mulai lakukan pengembangan produksi garam di Desa Nisombalia. Hasilnya sudah mulai terlihat, dengan memanfaatkan geomembran, garam yang dihasilkan lebih bersih dari produksi sebelumnya. Bahkan yang awalnya membutuhkan jangka waktu sebulan, sekarang cukup 3-5 hari sudah bisa menghasilkan jenis garam konsumsi yang baik,” jelasnya.
Selain jenis garam konsumsi, juga ada garam industri.
Garam dapat dikembangkan menjadi beberapa hasil produksi, diantaranya garam lulur, garam farmasi, minuman isotonik, pelembab wajah dan garam meja yang warnanya lebih putih.
“Ke depan garam tidak lagi hanya diproduksi saat musim kemarau saja. Tetapi dapat berlangsung sepanjang tahun dengan pemanfaatan GST,” sebutnya.
Salah satu Petani tambak, Usman mengaku senang dengan bantuan pendampingan tersebut.
Ia mengaku, dapat menghasilkan produksi garam lebih banyak dari hasil produksi biasanya.
“Biasanya hasilnya sedikit karena satu bulan baru jadi. Bahkan biasa rusak kalau tiba-tiba hujan. Alhamdulillah sekarang, di musim hujan tidak menentu ini, kita pernah memanen hanya butuh waktu tiga hari,” ujarnya.(*)