Muncul Petaka Eggflation-Harga Telur Dunia Menggila, di RI Apa Kabar?

Ilustrasi telur/ Net

Kumbanews.com – Kementerian Pertanian (Kementan) buka suara terkait fenomena lonjakan harga telur di dunia. Bahkan dikabarkan beberapa negara mengalami krisis telur.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya diberitakan, Love Money pada Senin (24/3/2025) melansir adanya fenomena ‘eggflation’, harga telur naik hingga 15% di seluruh dunia. Akibatnya, harga makanan yang mengandung telur, seperti kue kering dan lainnya, mencapai rekor tertinggi. Disebutkan, wabah flu burung jadi salah pemicu lonjakan harga telur.

Kondisi ini, menurut Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan M. Arief Cahyono adalah unik. Sebab, eggflation justru terjadi di negara-negara eksportir grand parent stock (GPS) alias nenek induk ayam ke Indonesia. Negara-negara itu mengalami kekurangan pasokan dan harga telur melonjak tinggi.

“Amerika Serikat, Prancis, dan beberapa negara Eropa yang selama ini menjadi pemasok utama GPS ke Indonesia kini tengah berjuang menghadapi krisis pasokan akibat wabah penyakit unggas dan kenaikan biaya produksi. Kondisi yang kurang stabil di negara-negara tersebut menunjukkan bahwa industri peternakan ayam petelur secara global sedang menghadapi tantangan,” kata Arief dalam keterangannya, Selasa (25/3/2025).

Di Tanah Air sendiri, Arief menegaskan, harga telur tetap stabil dan stok terjaga, bahkan melimpah. Per hari ini, Selasa (25 Maret 2025), harga telur ayam ras nasional berada di angka Rp29.475 per kilogram (kg). Sementara itu, di Jakarta, harga telur lebih rendah dari rata-rata nasional, yakni Rp27.688 per kg.

“Seperti yang sudah disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman, pemerintah terus menjaga stok dan harga komoditas pangan strategis, termasuk telur. Alhamdulillah, berkat kerja keras semua pihak, terutama petani dan peternak, pada Ramadan dan Lebaran kali ini, stok dan harga sembilan komoditas pangan strategis dalam kondisi aman, bahkan melimpah,” kata Arief.

“Kondisi peternakan di Indonesia berbeda dengan negara lain karena neraca telur ayam nasional saat ini mengalami surplus. Surplus ini menunjukkan kapasitas produksi yang kuat. Kami akan terus memastikan keseimbangan antara pasokan dan harga agar tidak merugikan peternak maupun konsumen,” tegasnya.

Arief menjabarkan proyeksi neraca pangan 2025 yang dihimpun oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas), produksi telur ayam ras mencapai 6,4 juta ton, sedangkan kebutuhan bulanan sekitar 518 ribu ton. Dengan demikian, Indonesia diperkirakan akan terus mengalami surplus.

“Kementan memastikan stabilisasi ketersediaan bahan baku pakan. Upaya stabilisasi ini dilakukan melalui berbagai program, seperti pengembangan sentra jagung, optimasi distribusi pakan, dan pemanfaatan bahan baku alternatif,” ucapnya.

“Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi jagung nasional sebagai sumber utama pakan ternak menjadi salah satu faktor kunci dalam menjaga kestabilan harga dan pasokan telur di dalam negeri. Ketersediaan pakan yang stabil dan terjangkau menjadi kunci utama keberhasilan industri perunggasan,” sambungnya.

Arief mengatakan, dengan kondisi produksi yang surplus di dalam negeri, membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor telur ayam ke berbagai negara yang mengalami keterbatasan pasokan.

“Kekurangan stok di negara lain bisa menjadi peluang bagi kita untuk melakukan ekspor. Salah satu rencana ekspor adalah ke Amerika Serikat. Berdasarkan neraca komoditas, pemerintah siap mengirimkan 1,6 juta butir telur setiap bulan,” ungkap Arief.

“Kementan telah melakukan perhitungan matang agar ekspor tidak mengganggu ketersediaan telur di dalam negeri. “Kami selalu memeriksa neraca komoditas untuk memastikan keseimbangan pasokan,” tukasnya.

 

Sumber: CNBC Indonesia

Pos terkait