Kumbanews.com -Menyebut Azri Dian Saputri atau yang akrab di sapa Puput hampir dipastikan banyak yang tahu terutama dalam bidang olahraga voli pantai.
Sebab, Puput merupakan atlet nasional yang pernah mempersembahkan rekor terbaik pada ajang lomba voli pantai.
Kini atlet putri Masamba ini namanya perlahan tenggelam dan seolah tak ada lagi perhatian dari pemerintah.
Puput pernah sukses menjadi atlet di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2013 di DKI Jakarta .
Kesuksesan atlet voli pantai Azri Dian Saputri tidak berhenti sampai di Popnas 2013.
Puput berhasil meraih juara 1 dan sekaligus memboyong medali emas di Praporda (Luwu Utara) dan Porda tahun 2018 yang di laksanakan di Pinrang tentu saja menjadi kebanggaan pemerintah Luwu Utara karena membawa nama harum daerah.
Berturut-turut Puput kembali meraih tiket menuju PON pada kejuaraan nasional Bola voli Pantai tahun 2019/ PRA PON XX yang di laksanakan pada 4 – 7 September 2019 di Jakabaring Palembang, Provinsi Sumatera Selatan dan berhasil lolos ke PON XX -2020 Papua sesuai dengan penghargaan yang di berikan kepada Azri Dian Saputri yang di berikan dari pengurus propinsi PBVSI Sulawesi Selatan yang di tanda tangani Ketua Umum Drs.Hamidin Inspektur Jenderal Polisi dengan no 23/PENG PROV / PBVSI/SS/XII/2019.
Namun yang aneh dan heran, Puput mengatakan kok tiba-tiba pengurus pusat PBVSI Sulawesi Selatan mengalihkan statusnya menjadi asisten pelatih, padahal untuk menjadi asisten pelatih di wajibkan memiliki lisensi pelatih voli pasir nasional sementara dirinya tidak memiliki, ujarnya.
Sementara Ketua KONI Luwu Utara
Hamrullah Dhuha Syaimar yang di konfirmasi mengatakan tidak mengetahui jika ada atletnya atas nama Azri alias Puput tidak masuk di daftar selaku atlet voli pantai.
Kami baru mengetahui setelah ada di media, sementara selama ini dia selalu membanggakan Puput pada KONI kabupaten lain jika memiliki atlet full tim yang lolos dan akanyang berjuang ke PON XX Sulsel.
Secara kelembagaan Ketua KONI Luwu Utara keberatan atas persoalan atletnya yang berjuang di PRAPON Jakabaring Palembang yang lulus di PON, namun di gantikan oleh atlet dari Makassar.
Lanjut Ketua KONI Luwu Utara menjelaskan, untuk menambah atlet silahkan tetapi untuk mengganti seorang atlet dengan yang lain saya tidak setuju, sesalnya.
Bahkan persoalan ini sudah di komunikasikan melalui via telpon kepada teman teman di PBVSI Luwu Utara, kenapa ini tidak di sampaikan ke Ketua KONI Luwu Utara seharusnya PBVSI Luwu Utara mengirim surat secara kelembagaan ke KONI Luwu Utara.
Menurutnya, persoalan ini KONi Luwu Utara harus mengetahui karena dalam hal ini kami menyayangkan kepada PBVSI Luwu Utara yang di nilai lambat memberikan informasi kepada Ketua KONI Luwu Utara.
Yang pasti, saya ingin memperjuangkan dan menuntut apa yang di inginkan atlet kami.
Kami pastikan atlet kami akan menuntut ke Pengprov PBVSI Sulsel. Persolan ini kami akan kembalikan kepada keluarga atlet langkah apa yang akan di lakukan.
Persolan Puput yang awalnya seorang atlet yang di jadikan menjadi asisten pelatih, menurut Ketua KONI Luwu Utara ini tidak bisa kami terima dan sangat tidak di benarkan seorang atlet di gantikan menjadi seorang asisten pelatih.
Berkaitan dengan hak dan kewajiban Puput yang terdaftar selaku asisten pelatih di PON XX 2020 sepatutnya di penuhi, kenyataannya dari penunjukan Puput selaku asisten pelatih hingga saat ini tidak pernah mendapatkan haknya, dan dipanggil untuk bergabung dalam pemusatan latihan (TC) sampai hari ini, jelasnya.
Puput merasa tidak puas pada saat latihan persiapan menghadapi Try Out di PPLP, karena latihan di lakukan di lapangan yang menurut Puput tidak memenuhi standar lapangan voli pantai, karena mereka menggunakan sepatu, yang semestinya tidak boleh memakai sepatu.
“Kondisi lapangan lebih banyak batu kerikil dari pada pasirnya dan ini sempat dikomentari oleh mantan pelatih voli Pantai PON Sulsel, sehingga Puput berpendapat persiapan latihan ini tidak maksimal apalagi lawan yang di hadapi bukan lawan yang ringan, Tandasnya.
Setelah pelatih dan pengurus PBVSI Sulsel melihat hasil dari Try Out di PPLP, atlet dinyatakan gagal tanpa melihat bagaimana persiapan menghadapi ajang Try Out. Jika menggantikan atlet melihat dari postur, serangan dan blok, otomatis ini murni adalah kesalahan dari tim penyeleksi persiapan menuju Prapon Palembang, kenapa puput terpilih untuk mengikuti Prapon pada kenyataan mereka mengetahui puput memiliki postur yang pendek.
Harapan Puput kepada Wartasulsel agar pemerintah kabupaten Luwu Utara khususnya Bupati Hj Indah Putri Indriani dan kepada pemerintah Sulawesi Selatan dalam hal ini Plt Gubenur Sulsel bahkan kepada Presiden Republik Indonesia Jokowi mohon di perhatikan para atlet pertama daerah yang berprestasi dan salah satunya saya yang pernah berprestasi, Pungkas Puput.
Kadis Dispora Luwu Utara H. Jumail Mappile.S.IP.M.Si di konfirmasi mengatakan bahwa, seharusnya Puput yang terpilih sebagai atlet PON XX di Papua dan seharusnya kasus seperti ini mesti di tuntaskan.
Terkait dengan atlet Masamba Puput yang tergantikan akan di pertanyakan ke Propinsi seperti apa mekanismenya. jika ada prosedur yang di langgar kita kembali kepada prosedur yang benar dan jika Puput harus menjadi atlet ya ditempatkan di posisi atlet.
“Kalau hak-haknya tidak di berikan saya kira ini akan mematikan semangat para atlet dan ini akan menjadi preseden buruk kepada atlet yang lain”tegas H.Jumal.
Sementara Ketua Persatuan Bola voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Kabupaten Luwu Utara AKBP Irwan Sunuddin, S.IK, MH yang dikonfirmasi media ini menjelaskan bahwa, pihaknya sangat menyayangkan kejadian ini.
Tetapi yang memutuskan hal itu adalah pihak Propinsi dan bukan kami, jelasnya
Lanjut Ketua PBVSI Lutra yang juga Kapolres Luwu Utara itu bahwa, kami hanya mengirimkan atlet tetapi hasilnya berbeda, tuturnya.
Berkaitan dengan pernyataan Ketua KONI Luwu Utara yang menyayangkan dengan lambatnya Pengurus PBVSI Luwu Utara yang sepatutnya menginformasikan ke KONI Lutra,seharusnya PBVSI Luwu Utara menyurati secara kelembagaan sehingga KONI Luwu Utara bisa membantu Azri (Puput) untuk memperjuangkan haknya bisa mengikuti PON XX 2021 di Papua ini sudah terlambat.
Menurut Ketua PBVSI Lutra bahwa kami akan koordinasikan ke KONI Luwu Utara siapa tahu beliau ada saran, katanya lagi.
Terkait hak dan kewajiban atlet Azri (Puput) yang tidak menerima gaji setelah adanya surat penunjukan menjadi asisten pelatih, ini juga kami akan koordinasikan, sebab ini bukan ranah kami, tandas Ketua PBVSI
AKBP Irwan Sunuddin, SiK.MH yang juga Kapolres Luwu Utara.(*)