Presiden AS, Donald Trump/Net
Kumbanews.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara mengejutkan mengumumkan telah menominasikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian.
Pernyataan itu disampaikan saat pertemuan keduanya di Ruang Biru Gedung Putih pada Senin malam waktu setempat, 7 Juli 2025.
Dalam pertemuan yang diwarnai makan malam resmi, Netanyahu menyerahkan langsung salinan surat nominasi yang telah ia kirimkan ke Komite Nobel.
Netanyahu memuji peran Trump dalam menciptakan Perjanjian Abraham dan mendorong upaya perdamaian lebih luas di Timur Tengah.
“Saya memberikan Anda salinan surat nominasi yang memang pantas, karena presiden telah membuat Perjanjian Abraham. Ia sedang menempa perdamaian saat kita berbicara, di satu negara dan satu wilayah demi satu wilayah,” ujar Netanyahu dalam sambutannya, seperti dimuat Axios.
Trump tampak terkejut dan tersentuh saat menerima dokumen tersebut.
“Saya tidak tahu ini. Wah. Terima kasih banyak. Terutama dari Anda, ini sangat berarti,” jawab Trump, sambil tersenyum kepada Netanyahu.
Nominasi ini diumumkan saat Trump tengah mengintensifkan tekanan kepada Israel dan Hamas agar menerima usulan kesepakatan gencatan senjata selama 60 hari di Gaza.
Proposal tersebut, yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, juga mencakup pembebasan 10 sandera hidup dan 18 jenazah korban konflik.
Netanyahu bukan satu-satunya tokoh yang mengusulkan Trump sebagai kandidat penerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Anggota Kongres AS Buddy Carter (R-Ga.) juga mengajukan nominasi bulan lalu atas peran Trump dalam menjembatani gencatan senjata antara Israel dan Iran yang berlangsung selama 12 hari.
Pemerintah Pakistan bahkan sempat menyatakan akan mencalonkan Trump untuk Hadiah Nobel tahun 2026, karena kontribusinya dalam meredakan ketegangan dengan India.
Namun, dukungan itu berubah menjadi kecaman setelah serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran yang menandai berakhirnya konflik regional tersebut.
Sementara itu, anggota parlemen Ukraina Oleksandr Merezhko sempat menominasikan Trump tahun lalu, namun kemudian menyatakan akan menarik dukungannya.
Meski Trump telah beberapa kali masuk dalam nominasi sebelumnya, pencalonan kali ini datang dengan latar yang lebih kompleks.
Ketegangan geopolitik, kontroversi kebijakan luar negeri AS, serta dinamika politik domestik membuat kemungkinan Trump menerima Nobel tetap menjadi perdebatan.
Sumber: RMOL