Ilustrasi
Kumbanews.com – Kabupaten Maros belum bisa beranjak dari posisi kedua terbawah pertumbuhan ekonomi di Sulsel pada 2021. Namun setidaknya sudah berhasil bangkit. Dari minus 10,87 persen pada 2020 menjadi tumbuh 1,36 persen.
Data terbaru Badan Pusat Statistik, Maros hanya unggul atas Kabupaten Luwu Timur yang tetap minus. Di atas Maros ada Kabupaten Pangkep dengan pertumbuhan ekonomi 3,46 persen.
Tiga terbawah dari 24 kabupaten/kota di Sulsel itu disebabkan ketergantungan pada sektor industri pengolahan. Maros dengan Semen Bosowa, Pangkep dengan Semen Tonasa, dan Luwu Timur dengan Vale Indonesia.
Di Maros, kontribusi industri pengolahan kembali turun. Dari minus 6,57 persen pada 2020 menjadi minus 8 persen pada 2021.
Kontribusi petani-petani di Butta Salewangang terlihat dari pertumbuhan 8 persen. Sektor transportasi dan perdagangan bahkan bangkit cukup tinggi dengan pertumbuhan lebih dari 40 persen.
“Tahun 2020 sektor transportasi dan pergudangan kita minus di angka 35 persen. Pada 2021 naik drastis ke 0,25 persen. Itu karena bandara kita sudah mulai normal dari efek pandemi,” timpal Chaidir.
Dari sisi nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Maros naik dari Rp18,62 triliun menjadi Rp19 triliun.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bapelitbangda), Muh Najib mengklaim pertumbuhan ekonomi tidak bisa menjadi dasar untuk mengukur kinerja pemerintahan.
“Jadi harus banyak aspek yang kita lihat. Ini kan secara makro dan banyak variabel yang harus kita lihat. Seperti angka kemiskinan, gini ratio, pengangguran, dan IPM (Indeks Pembangunan Manusia),” sebutnya.
Najib menjelaskan, selama dua tahun terakhir ini, pemerintah telah berhasil menurunkan angka kemiskinan. Tahun 2019, angka kemiskinan di Maros masih berkisar 10 persen. Turun menjadi 9,7 persen pada 2020 dan turun lagi menjadi 9,57 persen pada 2021.
“Nah dari gini ratio, kita juga turun dari tahun 2020 yang angkanya mencapai 0,368 turun menjadi 0,365. Padahal ini kondisinya masih dalam pandemi. Artinya, pemerintah kita ini telah berusaha keras dan berhasil,” paparnya.
Soal IPM, Najib menjelaskan, pada 2020 Maros masih di angka 69,86 atau masih dalam kategori sedang. Tahun 2021, naik menjadi 70,40 poin dan diklaim telah masuk dalam kategori tinggi. BPS mencatat, IPM nasional Indonesia pada 2021 adalah 72,29.
“Nah ini secara makro semua harus kita lihat untuk mengukur apakah pemerintahan kita bekerja atau tidak. Kita lihat walau pandemi, Pemda sudah berhasil meningkatkan beberapa sektor,” pungkas Najib.
Di Sulsel, Kabupaten Bantaeng mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi sepanjang 2021. Mencapai 8,86 persen. Disusul Kabupaten Gowa (7,26 persen) dan Kabupaten Wajo (6,77 persen).