Kumbanews.com – Panas isu penolakan Omnibus Law Cipta Kerja (RUU Ciptaker) ternyata membuat para penggemar gerah. Alhasil K-Popers ikut meramaikan tren Omnibus Law di Twitter.
Pakar media sosial dari Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan K-Popers awalnya tidak paham dengan Omnibus Law. Namun setelah paham, para K-Popers ini membantu tagar-tagar penolakan Omnibus Law menjadi trending topic dunia.
“K-popers yang tadinya tidak paham, turut membaca masalah RUU ini. Setelah paham, mereka dalam waktu singkat bersatu mengangkat tagar #MosiTidakPercaya dan tagar-tagar lain, sehingga menjadi TT dunia,” kata Ismail dalam akun Twitternya.
Ismali mengatakan K-popers bahkan bersatu dengan akun-akun PKS, Demokrat, Oposisi, Serikat Pekerja, Aktivis, BEM Mahasiswa, LSM, dan Media untuk membuat sebuah klaster kontra Omnibus Law.
Salah satu cuitan dari akun K-popers yang paling banyak dibagikan dan didukung oleh oleh akun aktivis lain adalah dari @ustadchen.
TOP NARASI /3
Next, dari @hrdbacot, @honeygulfie, @TirtoID, @xaliber, @thedufresne, @ustadchen, @mitatweets, @kamalbukankemal, dan @adityaeryy. pic.twitter.com/EiRM0Xbvtg
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) October 5, 2020
K-POPERS STRIKE BACK
Salah satu cuitan dari akun K-popers yang paling banyak dishare, dan juga disupport oleh akun aktivis lain adalah dari @ustadchen berikut.
Thread pendek tentang Omnibus Law yang dibuatnya mendapat banyak RT. pic.twitter.com/TqlOAzAGo1
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) October 5, 2020
Gerakan K-Popers ini ternyata mendapatkan respons positif dari para warganet. Ismail mengatakan para warganet mengapresiasi dukungan K-Popers untuk menolak Omnibus Law.
K-POPERS STRIKE BACK
Salah satu cuitan dari akun K-popers yang paling banyak dishare, dan juga disupport oleh akun aktivis lain adalah dari @ustadchen berikut.
Thread pendek tentang Omnibus Law yang dibuatnya mendapat banyak RT. pic.twitter.com/TqlOAzAGo1
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) October 5, 2020
SUPPORT BUAT K-POPERS
Cuitan dari @iniardhike yang memberi support pada K-popers karena mau aware dengan isu Omnibus Law ini mendapat engagement tinggi. pic.twitter.com/m6uX9DVCY1
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) October 5, 2020
Berdasarkan hasil analisa (Social Network Analysis), Ismail mengatakan sangat banyak warganet menolak pengesahan aturan itu. Ia mengungkap warganet yang menolak Omnibus Law adalah orang-orang yang mendominasi percakapan di Twitter.
Peningkatan percakapan terkait topik ini menurutnya mulai terjadi pada sore hari ketika RUU Ciptaker telah disahkan.
RUU OMNIBUS LAW DISAHKAN
*K-POPERS STRIKE BACK*Akhirnya RUU Omnibus Law disahkan DPR pada tgl 5 Oktober 2020, dalam sidang paripurna yang dimulai pada pukul 15:00.
Bagaimana peta percakapan setelah itu?
THREAD pic.twitter.com/ryBkSIbd73
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) October 5, 2020
TREN DAN VOLUME ”OMNIBUS LAW”
Keyword masih sama: Omnibus Law, OmnibusLaw, Ciptaker, Cipta Kerja
Tren 4-5 Oktober berdasarkan jam menunjukkan spike mulai terjadi pada pukul 18:00. Sekitar jam tersebut, ada STOP PRESS dari @TirtoID bahwa RUU Ciptaker sudah disahkan jadi UU. pic.twitter.com/tB3eAXqnuG
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) October 5, 2020
Kluster Warganet dalam peta SNA ini terdiri dari PKS, Demokrat, Oposisi, Serikat Pekerja, Aktivis, BEM Mahasiswa, LSM, dan Media. Patut diketahui, Demokrat dan PKS merupakan fraksi partai DPR yang menolak mentah-mentah Omnibus Law.
Kendati demikian, Ismail mencatat peta percakapan di Twitter pada pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB hanya memiliki satu klaster besar yang kontra dengan Omnibus Law.
TREN BERITA ONLINE
Pada pukul 15:00 puncak berita terjadi, saat dimulainya sidang paripurna DPR untuk mengesahkan RUU Ciptaker. Agenda mendadak.
Lalu diberitakan pada pukul 18:59 DPR mengesahkan RUU Ciptaker, dan Demokrat walk out. pic.twitter.com/wSuxGKAfb1
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) October 5, 2020
SNA OMNIBUS LAW (17:00– 22:00)
Peta percakapan di Twitter pada periode jam ini memperlihatkan pola yang menarik.
Hanya ada satu cluster besar, cluster KONTRA Omnibus Law. Akun2 akademisi, BEM, LSM, aktivis, serta K-Popers, semua bersatu saling dukung dalam cluster ini. pic.twitter.com/jln7OpAuSH
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) October 5, 2020
Ismail mengatakan akademisi, BEM, aktivis, LSM, media, oposisi, dan K-Popers membentuk sebuah klaster besar yang saling berinteraksi dalam satu jaringan.
“Secara demografi, K-Popers merupakan generasi pengguna media sosial terbanyak. Jika sebelumnya mereka kurang paham soal Omnibus Law, dengan ikut angkat tagar ini mereka jadi tahu,” kata Ismail.[]