Kumbanews.com – Peristiwa penusukan Menkopolhukam Wiranto (10/10) di Pandeglang, Banten, mendapat reaksi beragam dari warganet, ada yang prihatin, tapi ada yang merasa acuh tak acuh bahkan sangsi.
Menurut, Analis Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, peta percakapan `Wiranto` di Twitter memperlihatkan ada empat kelompok besar jenis akun, yakni kelompok `propemerintah`, `prooposisi`, cenderung non blok, dan media sebagai `penengah`.
Keempatnya tampak saling berdekatan, meski keberpihakannya tidak terlalu jelas. Ismail melihat narasi yang paling besar adalah #LawanTeroris, sejalan dengan dugaan polisi bahwa kasus ini dilatarbelakangi orang-orang yang terpapar ISIS.
Namun, ia melihat warganet punya narasi lain: #NARUTO, #kunai, #Akatsuki.
Kunai adalah senjata yang digunakan untuk menusuk Wiranto, sebagaimana dikonfirmasi pihak kepolisian.
“Mereka salah fokus setelah melihat senjatanya,” ujar Ismail.
Drone Emprit mengatakan tagar #SinetronBasi juga muncul, menandakan ada warganet tidak percaya bahwa penyerangan ini asli tanpa rekayasa.
Namun sebaliknya jika ini asli, mereka menganggap #BINKebobolan.
Salah satu twit yang menjadi viral (10/10) adalah kicauan dari putri pendiri Partai Amanat Nasional Amin Rais, Hanum Rais, yang kini telah dihapus.
Twit itu juga berujung pada dilaporkannya Hanum Rais ke kepolisian oleh Relawan Jam`iyyah Jokowi-Ma`ruf Amin, Jumat (11/10).
Akun Twitter musisi Jerinx dari Superman is Dead juga kini ditangguhkan.
Sebelumnya Jerinx mempertanyakan jenis senjata yang digunakan untuk menusuk Wiranto, yang menurutnya ukurannya terlalu kecil.
Sejumlah warganet juga mengaitkan apa yang terjadi dengan keadaan politik belakangan.
Meski begitu, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, mencatat mayoritas komentar di media sosial prihatin terhadap apa yang terjadi dengan Wiranto.
Beberapa juga menyatakan harapan akan kesembuhan Wiranto.
Bintang media sosial, Karin Novilda, ikut mendoakan Wiranto untuk cepat sembuh, meski pesan itu memuat kritikan.
Rustika mencatat hanya ada sekitar 0,25 persen cuitan oleh 92 akun yang menunjukkan keinginan agar Wiranto celaka.
Ia melakukan pendataan pada 44.952 percakapan di Twitter terkait Wiranto sejak 10 hingga 11 Oktober 2019.
Percakapan tersebut direspons oleh 16.677 akun, dimana 93,8 ialah akun manusia (bukan bot).
Posisi percakapan terlihat tersebar, ujar Rustika, menunjukan bahwa tidak ditemukan adanya kelompok khusus yang ingin agar Wiranto celaka.
“Suatu isu itu biasa direspons dengan berbagai pandangan. Sudut pandang itu tergantung konteks politik yang diikuti atau diamini oleh netizen itu,” katanya.
Jauhi pikiran jahat
Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin meminta masyarakat tidak menganggap sepele apa yang terjadi pada Wiranto, yang merupakan representasi presiden.
Ia juga menyayangkan sejumlah pihak yang meragukan bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi.
“Yang pasti tidak ada orang yang berniat untuk menyusahkan dirinya. Tidak ada yang berniat dirinya dicelakakan,” ujar Ngabalin.
“Jauhilah pikiran yang jahat, yang kotor.”
Ia mengatakan pemerintah meminta dukungan dari masyarakat dalam mengatasi hal ini.
“Tidak boleh ada kebencian seperti itu, diksi yang menilai apa yang terjadi dengan pikiran tidak bermoral, tidak ada rasa empati terhadap Pak Wiranto,” ujarnya.
Terkait dengan insiden itu, ia mengatakan Kapolri akan memperkuat pengamanan terhadap sejumlah pejabat, meski ia tidak menjelaskan rencana itu dengan lebih spesifik.
Badan Intelijen Negara, ujar Ngabalin, juga akan melakukan evaluasi terhadap kasus itu.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisah Putri Budiatri, menyarankan pemerintah untuk melakukan investigasi secara terbuka, objektif dan menyeluruh terhadap insiden tersebut.
“Investigasi ini pun harus disampaikan sampai tuntas, dan tidak hanya saat isunya sedang dibahas oleh publik saja, tujuannya supaya ada kejelasan akhir dari investigasi ini bagaimana,” tuturnya. [vv]