Peran Besar Bung Kecil

Sjahrir di sidang paripurna KNIP tahun 1947 di Malang (foto: Wikipedia)

PADA tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang Jenderal Koiso Kuniaki mengumumkan di depan parlemen Jepang bahwa kemerdekaan Indonesia kelak akan diakui.

Bacaan Lainnya

Perubahan sikap pemerintahan militer Jepang disambut hangat para pemimpin nasionalis, kendati janji kemerdekaan di kemudian hari itu tanpa kejelasan waktu pasti.

Jepang sebelumnya selalu menghindari pembicaraan tentang kemerdekaan. Bahkan 20 Maret 1942 membubarkan semua organisasi kepemudaan, melarang Bendera Merah-Putih dikibarkan, dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan yang meruntuhkan keyakinan Jepang membawa kebebasan dari kolonialisme.

Propaganda Tiga A: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia hanya omong kosong.

Era pendudukan Jepang kaum pergerakan menghadapi situasi sulit. Di dalam kelompok pemuda saling mencurigai, karena Kenpetai agen polisi rahasia Jepang menyusup dan setiap saat bisa menangkap jika diketahui anti-Jepang.

Selain Asrama Prapatan 10, Asrama Menteng 31, dan Asrama Baperpi Cikini 71 menjadi pusat kegiatan kaum pergerakan, ada golongan pemuda yang dipimpin Sutan Sjahrir atau akrab dipanggil Bung Kecil.

Bung Kecil menghimpun pemuda menggunakan jaringan Partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Pendidikan). Keberadaannya lebih luas ada di berbagai daerah dengan kader-kader terdidik dan militan.

Peneliti barat, Ben Anderson menganggap remeh kelompok Sutan Sjahrir, dan membandingkan dengan gerakan bawah tanah bersenjata di negara lain.

Bung Kecil memang mengutamakan pendidikan politik, membangun kesadaran sebagai manusia bermartabat.

Informasi dari radio bahan diskusi untuk mempersiapkan diri menghadapi kemerdekaan. Pada masa sekarang mendengarkan radio terasa tidak heroik, tetapi ketika pendudukan militer Jepang terancam hukuman mati.

Keberanian Bung Kecil mendengarkan radio gelap milik Sekutu justru membuatnya lebih awal mengetahui kekalahan Jepang.

Sikapnya disepakati golongan pemuda lain. Menggantungkan kemerdekaan kepada janji Jepang sama artinya kemerdekaan dicap hadiah Jepang. Di tengah situasi itu pihak Sekutu yang menang perang punya legitimasi, kembali menganeksasi kita dengan alasan menangkap para kolaborator fasisme Jepang.

Desakan golongan pemuda memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang ditolak Soekarno. Ia lebih mempercayai propaganda Jepang, dan meragukan informasi Bung Kecil bahwa Jepang akan kalah dalam Perang Dunia ke-2.

Pertengahan bulan Juli 1945 Panglima Daerah Selatan Marsekal Terauchi di Saigon diperintahkan segera melakukan persiapan kemerdekaan kepada bekas jajahan Belanda.

Mendapatkan informasi tersebut, pada tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno, Mohamad Hatta dan Dr. Radjiman pergi ke Saigon menemui Marsekal Terauchi.

Padahal, 6 Agustus 1945 Jepang sudah luluh lantak oleh bom atom Sekutu. Kemudian 11 Agustus 1945 Soekarno dan Mohamad Hatta dilantik menjadi Ketua dan Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Tiga hari kemudian rombongan Soekarno tiba di Jakarta dari Saigon.

Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Melihat perkembangan berakhirnya perang, golongan pemuda memutuskan hari ini juga proklamasi kemerdekaan harus diumumkan.

“Bahkan jika Soekarno tidak mau, kita saja yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia”. Ujar golongan pemuda.

Tetapi, Bung Kecil menjawab bahwa hal itu tidak mungkin, Soekarno satu-satunya tokoh berpengaruh. Keadaan dilematis bagi golongan pemuda.

Proklamasi jangan bersandar kepada PPKI buatan Jepang, namun Soekarno sendiri masih percaya dengan Jepang.

Golongan pemuda ditambah agitasi Sukarni tokoh PETA yang mengglorifikasi semangat rakyat yang mengebu-gebu mendasari kesimpulan menculik Soekarno-Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan.

Sementara di Jakarta Bung Kecil mempersiapkan naskah proklamasi, dengan perkiraan dibacakan pada tanggal 15 Agustus 1945.

Naskah yang dibuat Bung Kecil itu disebar kepada jaringan bawah tanah di berbagai daerah. Namun, 15 Agustus 1945 tidak jadi proklamasi, maka terpaksa diberitahukan proklamasi belum berhasil.

Tetapi, jaringan Cirebon terlambat mendapatkan pemberitahuan. Dokter Soedarsono tetap menyelenggarakan upacara proklamasi kemerdekaan di Cirebon dengan membacakan naskah Proklamasi yang diterimanya dari Bung Kecil sebelum tanggal 17 Agustus 1945.

Aboe Bakar Loebis pengikut Sutan Sjahrir menceritakan, mengetahui Soekarno dan Hatta tidak ada di Jakarta. Mr Soebardjo dan Nishijima pejabat Kaigun Bukanfu berhasil membujuk Wikana memberitahukan keberadaan Soekarno-Hatta yang dibawa ke Rengasdengklok. Malam hari sekitar pukul 21.00 WIB tanggal 16 Agustus 1945 Soekarno-Hatta dijemput kembali ke Jakarta.

Dan besoknya tanggal 17 Agustus 1945 di rumah Laksamana Meida dibacakan teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan naskah pendek dan kering. Pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan Indonesia lebih cepat dari rencana PPKI tanggal 24 September 1945.

Sejak itu pula resmi berdiri sebuah negara yang bernama Republik Indonesia. Langkah berikutnya meyakinkan internasional melalui meja diplomasi.

Pidato Bung Kecil di forum Perserikatan Bangsa Bangsa lalu mampu menggetarkan, menandai pengakuan kedaulatan negara di mata dunia.

 

 

 

*Penulis adalah koordinator Jaringan Kerja Sosialis Kerakyatan.

 

 

 

 

 

Sumber: RMOL

Pos terkait