Kumbanews.com – Ayu Kurniawati, ibu atlet senam artistik asal Kota Kediri, angkat bicara terkait isu tidak perawan putrinya S (17) yang menjadi penyebab dia gagal berangkat Sea Games 2019.
Dia mengatakan, mendapat telepon dari tim pelatih senam, 13 November 2019. Saat ditelepon, Ayu mendengar permintaan untuk menjemput anaknya karena sering keluar malam dan diduga sudah tidak perawan.
“Ini S harus dijemput, harus pulang sekarang karena sering keluar malam. Ini kelihatannya selaput dara sudah sobek, kayak orang diperkosa,” kata Ayu menirukan suara orang yang menghubunginya, Sabtu (30/11/2019).
Mendengar itu, Ayu langsung kaget dan syok. “Syok saya,” kata dia.
Bahkan jam 19.00 WIB, telepon miliknya kembali berdering. “Saya ditanya, Sudah berangkat bu?” lanjut Ayu menjelaskan. “Sudah,” jawabnya.
Ayu berangkat ke asrama Pusdiklat Gresik dan tiba pukul 24.00 WIB. Saat itu Ayu tidak menemukan tim pelatih yang menelepon dirinya.
Akhirnya, dia mengajak anaknya untuk pulang. “Dia peluk saya dan menangis, sampai tiga hari menangis tidak keluar kamar,” lanjut Ayu.
Setelah kondisi anaknya tenang, Ayu bertanya kepada anaknya dan menegaskan anaknya masih perawan walaupun saat itu anaknya memang tengah berpacaran.
Setelah itu, Ayu berinisiatif menelepon salah satu tim pelatih yang disebut Bang Jari. Kata Ayu, S siap dites untuk membuktikan anaknya masih perawan.
Akhirnya, Ayu mengajak anaknya ke RS Bhayangkara Kediri, Rabu 20 November 2019. Dari hasilnya, diketahui anaknya masih perawan. “Dari hasil pemeriksaan, selaput dara masih utuh,” jelas Ayu kepada awak media di Kediri.
Lewat telepon, Ayu mengabarkan hasil tes anaknya kepada tim pelatih yang disebutnya Bang Jari. Namun tim pelatih saat iu malah meminta S dites ulang di RS Petrokimia Gresik.
“Lho kenapa, anak saya tidak apa-apa,” jawab Ayu kepada penelepon saat itu, begitu ia menirukan.
Diketahui Ayu menyebut pula nama Ketua Tim Pelatih yakni Pak Indra. Berkali-kali Bang Jari mengonsultasikan pertanyaan Ayu ke Pak Indra, orang yang disebut sebagai kepala pelatih.
Mendengar itu, Ayu akhirnya memutuskan anaknya keluar dari pusat pelatihan dan tinggal di tempatt kos. Saat ini, S memang masih berstatus sebagai pelajar kelas III SMA di Gresik.
“Anak saya minta pindah ke Kediri saja,” jelasnya.
Mendengar itu semua, Ayu syok tidak terima. Bila anaknya memang indisipliner dan melanggar peraturan, ia siap menerima anaknya tidak berangkat Sea Games 2019 di Filipina. Namun untuk kalimat tidak perawan, ia sangat menyesali.
“Pembunuhan karakter, biarlah anak saya jadi korban terkahir. Janganlah semena mena dengan orang lain,” ucapnya lirih.
Selama merintis karier sebagai atlet senam sejak kecil, kata Ayu, anaknya telah berhasil mengumpulkan puluhan medali dari berbagai kejuaraan senam.
Penghargaan tertinggi yang diperoleh remaja berusia 18 tahun itu meraih medali perunggu dalam Asian School 2017 di Singapura.
Diberi sanksi
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Senam Seluruh Indonesia (PB Persani), Ita Yuliati menyatakan, pihaknya segera menindak tegas pelatih yang memulangkan atlet senam artistik Shalfa Avrila Siani dengan tuduhan sudah tak perawan.
“Yang jelas kami harus mencabut secara kepelatihan. (Pelatih) harus berhenti karena akan berdampak tidak baik nantinya,” kata Ita di kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Jumat (29/11/2019).
Ita mengungkapkan, kasus pelecehan seksual pernah terjadi di cabang olahraga senam Indonesia.
Meski ia tak menyebutkan secara spesifik kasus yang dimaksud, PB Persani langsung memecat pelatih yang bersangkutan.
Meskipun dipecat, pelatih akan tetap memiliki lisensi kepelatihan karena sanksi yang diberikan oleh PB Persani hanya sebatas pada pemecatan.
“Lisensi (kepelatihan) ada, tapi lisensi itu langsung dari Federasi Senam Dunia jadi kami tidak punya kewenangan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ita menuturkan bahwa tak ada peraturan di Pelatnas yang mengharuskan tes keperawanan untuk atlet senam.
Hal yang bersifat privasi itu menurutnya tidak ada kaitannya dengan persyaratan mengikuti SEA Games.
Sementara itu, Sesmenpora Gatot S Dewa Broto menyampaikan bahwa pemilihan dan pencoretan atlet menjadi hak pengurus cabang olahraga.
Hal itu sebagaimana sudah diatur dalam Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2017 tentang peningkatan prestasi olahraga nasional.
“Kami sudah melaporkan pada pak menteri memang promosi dan degradasi (atlet) degradasi hak cabor, semua cabor. Itu tertuang pada Peraturan Presiden, bukan KONI bukan Kemenpora,” kata Gatot.
Gatot juga menyampaikan bahwa pencoretan Shalfa dengan alasan karena sudah tak perawan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
“Seorang atlet, masih gadis atau tidak itu bukan standar, tidak ada alasan seperti itu. Kepada semua cabor untuk hati-hati seandainya ada pencoretan (atlet) karena tingkat kegaduhannya sangat tinggi sekali. Jika pun ada pencoretan harus objektif (alasannya),” ucapnya. [sc]