Kumbanews.com – Mbah Simpen, begitu kerap disapa warga RT 06 Desa Bangun Rejo, kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Wanita berusia 130 tahun itu, hidup serba keterbatasan, di rumah sangat tidak layak huni berukuran 5×3 meter. Lumpuh di kakinya, membuat dia terpaksa hanya bisa ngesot kesana kemari.
Kondisi Mbah Simpen begitu kurus, sangat memprihatinkan. Di dalam rumah berdinding dan beralas papan jabuk, dia tinggal sebatang kara. Memang, di bangunan sebelahnya yang juga terbuat kayu, tinggal cucunya. Tapi, apa daya, dia sama sekali tidak dipedulikan sang cucu.
Dalam rumah yang dihuni Mbah Simpen dengan kondisi gelap itu, terlihat sisa sayur dan nasi di atas piring, yang sudah dikerubuni lalat. Tilam tidurnya pun sudah lapuk. Siaran radio, dan obat nyamuk bakar, jadi teman sehari-hari dia di kala siang dan malam.
Tidak ada dapur, apalagi WC di di rumah Mbah Simpen. Baik air kecil, maupun air besar, dibuangnya di bawah lantai papan rumahnya, yang berada di sebelah bekas kandang ayam. Makan sehari-hari pun, dari bantuan tetangganya yang iba.
Ya, Mbah Simpen datang ke Kutai Kartanegara, sejak 1980 silam, sebagai peserta program transmigrasi asal pulau Jawa. Awalnya, dia tinggal bersama 2 anaknya, yang kemudian meninggal karena dipatuk ular berbisa.
Sang cucu membawa Mbah Simpen, ke rumahnya di Bangun Rejo, ketimbang si Mbah menumpang tinggal di rumah orang lain. Tapi kenyataannya, Mbah Simpen, justru ditempatkan di rumah yang sangat tidak layak, dan bau, setelah Mbah Simpen mengalami lumpuh 1 tahun ini.
“Setiap hari, mandi, buang air sambil ya ngesot,” kata Mbah Simpen, saat berbincang dalam bahasa Jawa yang sangat kental, jelang tengah hari tadi.
Dalam perbincangan tadi, yang juga dihadiri Kades Bangun Rejo Ahmad Yunus dan Kapolsek Tenggarong Seberang Iptu Abdul Rauf dan jajarannya, akhirnya terungkap, Mbah Simpen tidak pernah mendapatkan pelayanan kesehatan meski dia tercatat sebagai warga kabupaten Kutai Kartanegara, yang konon jadi salah satu kabupaten kaya di Indonesia.
“Iya, beliau warga saya dan beliau ini peserta program raskin, yang sekarang diganti jadi uang tunai. Tapi, cucunya yang kelola. Saya tidak tahu, apakah Mbah ini ikut juga merasakan manfaatnya,” kata Yunus.
Yunus juga mengakui, tidak ada pemeriksaan kesehatan rutin Mbah Simpen, yang tinggal di rumah yang sangat tidak layak huni itu. Kesehariannya, memang tidak bisa beraktivitas, lantaran sudah tidak bisa berjalan. “Di desa kami, ada 4 Posyandu lansia. Nanti, baru akan dianggarkan untuk makanan beliau sehari-hari. Paling tidak, didrop seminggu sekali,” aku Yunus.
Di saat bersamaan, Mbah Simpen mendapatkan bantuan sembako dari Polsek Tenggarong Seberang, sebagai bagian dari program bakti sosial di 18 desa serentak dilakukan hari ini. Namun di sisi lain, Kapolsek Tenggarong Seberang Iptu Abdul Rauf juga tidak bisa menutupi rasa ibanya kepada Mbah Simpen, dimana kesehatannya terus menurun.
“Kami akan coba siapkan semacam bedah rumah, dari personel Polsek, supaya rumahnya jadi layak huni. Untuk tahap awal, ada perawat yang rencananya akan merawat sementara Mbah Simpen, selama 1 tahun, sumbangsih dari masyarakat Tenggarong Seberang,” kata Rauf.