Kumbanews.com – Presiden China Xi Jinping dikabarkan menderita menderita penyakit aneurisma otak yang mematikan dan juga ancaman kudeta dari pesaingnya.
Dilansir dari The Sun, Senin (16/5), pemimpin berusia 68 tahun itu ingin dirawat dengan obat tradisional daripada menjalani operasi besar.
Menurut kantor berita ANI, Xi menderita “aneurisma serebral” pada akhir tahun 2021.
Rumor tentang keadaan kesehatan Xi telah beredar selama bertahun-tahun. Spekulasi makin gencar dengan ketidakhadirannya yang tidak dapat dijelaskan dari Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Pada Maret 2019, saat berkunjung ke Italia dan Prancis, Xi terlihat pincang dan membutuhkan bantuan saat mencoba duduk.
Dan berbicara kepada publik di Shenzhen pada Oktober 2020 – pada puncak pandemi Covid – pengamat mencatat pidatonya yang lambat dan batuk.
Presiden Xi juga saat ini dilaporkan mendapat ancaman kudeta kudeta atas tindakan penguncian Covid yang ekstrem.
Dan minggu ini, Komite Tetap Politbiro memperingatkan warga untuk tidak mempertanyakan kebijakan ketat yang telah mengunci kota-kota di seluruh negeri.
Pada saat yang sama, Perdana Menteri Li Keqiang membunyikan alarm atas situasi pekerjaan China yang “rumit dan serius” yang disebabkan oleh tindakan penguncian.
Bloomberg melaporkan, Xi dan Li pernah dianggap sebagai saingan untuk posisi teratas.
Fenomena persaingan kedua elite itu juga dilihat oleh Richard McGregor, penulis The Party: The Secret World of China’s Communist Rulers.
“Mungkin berlebihan untuk mengatakan bahwa Xi dan Li secara pribadi berselisih, tetapi pernyataan mereka memang mewakili pandangan yang berbeda dalam sistem tentang Covid dan dampaknya,” jelas dia.
Para ahli telah mengeklaim Xi dapat digulingkan oleh saingan yang muak dengan rezim negara itu dalam 18 bulan ke depan.
Roger Garside – penulis China Coup: The Great Leap to Freedom – mengatakan Xi akan dikeluarkan oleh lawan internal dalam Partai Komunis China dalam kudeta di Beijing.
Mantan diplomat itu percaya bahwa ancaman utama bagi Xi akan datang dari “petinggi” Partai Komunis.
Dia mengatakan kebijakan nol-Covid China bisa menjadi kehancuran Xi karena strateginya yang berlebihan telah “mengunci negara itu ke dalam isolasi” dari seluruh dunia.
“Bisa dibayangkan bahwa strategi Covid-19 mereka akan meledak atau menyebabkan krisis politik,” kata Garside kepada The Sun.(*)
Source: genpi