Kumbanews.com – Tingkah Menteri Keuangan Sri Mulyani selalu membuat ekonom senior DR Rizal Ramli terheran-heran. Apalagi, baru-baru ini menteri berpredikat terbaik dunia itu mengaku tenaganya habis terkuras mengurusi radikalisme yang ada di Kemenkeu.
Bagi Rizal Ramli, pernyataan tersebut aneh. Pasalnya, Sri Mulyani tidak punya tugas, pokok, dan fungsi dalam mengurusi masalah radikalisme.
Ketimbang mengurus sesuatu yang bukan bidangnya, mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu menyarankan agar Sri Mulyani fokus bekerja menyelamatkan Indonesia dari jerat utang luar negeri.
“Menkeu kok ngurusi radikalisme. Mbok ngurusi radikalisme utang. Dasar SMI (Sri Mulyani Indrawati) si pengutang,” tegasnya pria yang akrab disapa RR itu kepada wartawan, Kamis (19/12).
Berulang kali RR menyindir kebijakan Sri Mulyani yang monoton dan konvensional dalam menangani masalah keuangan Indonesia.
Sri Mulyani, yang oleh RR dijuluki Menteri Terbalik, hanya mengandalkan utang sebagai solusi. Bahkan dia rela memberi bunga tinggi pada para kreditur asing melebihi bunga yang diberikan negara selevel Indonesia.
Hal itu yang terus dikritik Rizal Ramli karena berpotensi membawa perahu bangsa menuju karam.
Dalam sebuah acara Temu Kebangsaan bertajuk “Merawat Semangat Hidup Berbangsa” yang digelar di Hotel Aryaduta, Tugu Tani, Jakarta Pusat, Kamis (19/12), Sri Mulyani sempat mengurai bahwa dirinya kelelahan dalam mengurusi radikalisme di Kemenkeu.
Di hadapan Menpolhukam Mahfud MD dan Sekjen Gerakan Suluh Kebansaan Alissa Wahid, Sri Mulyani gamblang bercerita tentang kementeriannya yang dihinggapi banyak gerakan-gerakan religius yang eksklusif.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu bahkan mengaku sempat mengumpulkan para pegawai usai pilpres. Mereka diajak bicara satu sama lain mengenai nilai kebangsaan. Semua jajaran Kemenkeu, katanya, diminta untuk bisa netral dalam segala hal. Baik dari sikap politik maupun ke penampilan.
Pertemuan berlangsung hingga tengah malam dan Sri Mulyani mengaku tenaganya habis terkuras. Baginya mengurus radikalisme di Kemenkeu lebih melelahkan ketimbang urus keuangan negara, di mana laju pertumbuhan ekonomi diprediksi bakal nyungsep.
“Energi saya terkuras habis, ngurusin hal ini. Capek. Ini lebih susah daripada ngurusin keuangan negara. Sampai jam 12 itu lebih saya buka conversation sama mereka,” ujar Sri Mulyani dalam acara tersebut. (*)