Kumbanews.com – Roti sobek, atau dalam istilah internasional dikenal sebagai pull-apart bread, adalah roti manis yang populer karena teksturnya yang lembut serta cara menikmatinya yang khas: disobek, bukan dipotong.
Jejak panjang roti ini dapat ditelusuri sejak peradaban kuno Mesir, ketika masyarakat sudah mengenal fermentasi alami dan pengolahan gandum. Dari sana, tradisi membuat roti menyebar ke Eropa dan Asia, termasuk ke Indonesia melalui pengaruh kolonial Belanda pada abad ke-19.
Seiring waktu, masyarakat Nusantara mulai mengadaptasi roti sebagai bagian dari kuliner lokal. Salah satu wujud adaptasi tersebut adalah roti sobek, roti empuk berisi isian manis atau gurih yang biasa disantap bersama-sama—selaras dengan budaya komunal masyarakat Indonesia.
Krumpul: Roti Sobek ala Solo
Di Solo, roti sobek mengalami transformasi unik dan melahirkan varian lokal yang dikenal sebagai roti krumpul. Dari segi bahan dan rasa, krumpul sejatinya serupa dengan roti sobek. Namun, bentuk dan cara penyusunannya menjadi ciri pembeda utama.
Jika roti sobek biasanya disusun dalam loyang persegi dengan bola-bola adonan berjajar rapi, maka krumpul menggunakan loyang bulat. Bola-bola adonan ditempatkan rapat melingkar hingga setelah dipanggang menyatu sebagian, tetapi tetap mudah “dikerumpulkan” atau disobek satu per satu. Nama ini berasal dari bahasa Jawa “krumpul-krumpul” yang berarti berkumpul atau menempel.
Perbedaan bentuk ini bukan sekadar estetika. Krumpul menghadirkan pengalaman makan yang lebih akrab-seperti taman kecil bola-bola roti yang bisa dinikmati bersama keluarga atau teman dalam suasana santai. (**)





