Kumbanews.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat sejak pembukaan pasar spot hari ini. Bahkan rupiah saat ini menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.
Pada Jumat 12 Oktober 2018, pukul 09:11 WIB, US$ 1 dihargai Rp 15.175. Rupiah menguat 0,36% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,2%. Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah semakin nyata. Tanda-tanda rupiah akan menguat sudah terlihat sebelumnya di pasar Non-Delivarable Forwards (NDF).
Kemarin, rupiah mengakhiri sesi perdagangan dengan depresiasi 0,21%. Mata uang Asia lainnya juga melemah, tetapi rupiah menjadi yang terlemah di Benua Kuning.
Namun hari ini rupiah bangkit. Dengan penguatan 0,36%, rupiah jadi mata uang terbaik di Asia.
Pagi ini, mata uang utama Asia bergerak variatif di hadapan greenback. Selain rupiah, mata uang lain yang menguat adalah rupee India, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan baht Thailand.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Asia pada pukul 09:15 WIB:
Penguatan rupiah pagi ini didukung oleh sentimen di bidang perdagangan. Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca perdagangan pada September akan membaik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Bahkan bukan tidak mungkin bisa mencatat surplus.
“Berdasarkan hasil pengumpulan data terakhir, pada September diperkirakan defisitnya akan jauh berkurang bahkan terdapat kemungkinan surplus dalam jumlah kecil. Ini karena impor menurun signifikan,” jelas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah.
Artinya, ada harapan transaksi berjalan (current account) Indonesia ikut membaik. Transaksi berjalan menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa.
Dengan potensi surplus perdagangan pada September, maka defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 kemungkinan bisa melandai. Memang sulit membalikkannya menjadi surplus, tetapi setidaknya ada perbaikan walau kecil.
Ini membuat pelaku pasar lebih optimistis dalam memandang Indonesia. Investor pun memberikan apresiasi dan rupiah mampu menguat.
Sementara dari luar negeri, juga ada angin segar berupa kemungkinan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China di KTT G20 di Argentina bulan depan. Wall Stret Journal melaporkan, Gedung Putih sedang mengatur pertemuan kedua pemimpin tersebut.
Pelaku pasar sangat berharap ada gencatan senjata dalam perang dagang AS-China. Sebab perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia ini dapat melemahkan perekonomian global. Pertemuan Trump-Xi diharapkan mampu memecah kebuntuan dan melahirkan komitmen bersama untuk mengakhiri friksi dagang.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar bergairah dan berani mengambil risiko. Aset-aset aman seperti dolar AS dan yen Jepang ditanggalkan untuk masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Hasilnya adalah rupiah cs mampu menguat.