Kumbanews.com – Banyak pihak mengkhawatirkan masuknya Gerindra bakal membuat pemerintah Jokowi-Ma’ruf rentan permasalahan.
Pertimbangannya, Gerindra motor sekaligus rival utama koalisi pemerintah dalam pilpres lalu dengan mengusung pasangan Prabowo-Sandiaga.
Dengan alasan tersebut, partai berlambang kepala burung Garuda itu diragukan loyalitasnya.
Di sisi lain, salah satu hal terpenting yang dibutuhkan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf ke depan adalah loyalitas dan integritas agar bangsa Indonesia bisa melaju cepat.
Namun tak demikian dengan pandangan pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara.
Menurutnya, yang rentan dan patut diragukan loyalitasnya adalah justru Partai Nasdem.
Igor menyebut, dari semua parpol yang mendapat kursi menteri, Partai Nasdem adalah partai yang dinilai paling rentan tergerus loyalitasnya.
Pasalnya, partai besutan Surya Paloh itu terbukti berniat memanfaatkan jabatan di kabinet untuk agenda politik partai menuju Pemilu 2024.
Igor menyampaikan hal itu merujuk manuver politik Surya Paloh yang menjalin komunikasi politik dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Menurut Igor, manuver Nasdem itu berkaitan dengan rencana menjadikan Anies sebagai calon presiden pada 2024.
“Hati-hati, kerja menteri Nasdem ini enggak akan fokus. Ditambah lagi gertakan Nasdem ingin jadi oposisi,” ujar Igor kepada wartawan, Selasa (22/10/2019).
Igor mengakui bahwa pernyataan itu sejatinya adalah sebuah gertakan sambal.
“Itu cuma gertakan, tapi sudah menunjukkan bahwa Nasdem bisa jadi ‘anak nakal’ dalam kabinet Pak Jokowi,” ulasnya.
Nadem, lanjutnya, juga rentan mencoreng integritas Kabinet Kerja jilid II mendatang.
Pasalnya, Nasdem memiliki kedekatan dengan Riza Chalid, pengusaha migas yang berada di pusaran skandal ‘Papa Minta Saham’ bersama mantan Ketua DPR RI Setya Novanto.
Riza Chalid yang sempat tidak terdengar kabarnya, ternyata muncul dalam acara Akademi Bela Negara (ABN) Partai Nasdem pada 2018 silam.
“Kita sama-sama tahu kasus Riza Chalid dan kemunculannya di Partai Nasdem. Ini bahaya untuk citra pemerintahan Pak Jokowi,” hematnya.
Karena itu, ia mengingatkan Jokowi agar tidak salah pilih dalam menempatkan orang sebagai pembantunya di kabinet.
“Saat ini penting bagi Pak Jokowi mengantongi dukungan masyarakat pada susunan kabinet yang bisa kerja dan bersih,” pungkasnya.
Sebelumnya, Surya Paloh menyatakan Partai Nasdem siap menjadi oposisi pemerintah.
“Kalau tidak ada yang oposisi, Nasdem saja yang jadi oposisi,” kata Surya Paloh usai pelantikan Jokowi-Ma’ruf, Minggu (20/10) kemarin.
Ketua DPP Nasdem Irma Chaniago mengamini pernyataan Surya Paloh. Menurutnya, ketumnya selalu serius dengan apa yang dilontarkannya.
“Memang pernah Pak Surya Paloh main-main dengan pernyataan beliau?” tegasnya kepada wartawan, Senin (21/10/2019).
Salah satu pertimbangan adalah, masuknya Partai Gerindra ke dalam koalisi pemerintah.
Irma menyatakan, masuknya partai berlambang kepala burung garuda itu akan membuat demokrasi di Indonesia tidak seimbang.
“Kalau semua parpol masuk ke koalisi pemerintah, lalu siapa yang jadi checks and balances dan penyambung aspirasi rakyat?” katanya.
Karena itu, Irma menyatakan partainya siap menggantikan posisi Partai Gerindra di barisan oposisi.
“Dan kalau itu terjadi, tentu Nasdem siap mengorbankan diri untuk berada di sisi rakyat. Siap menjadi penyampai aspirasi rakyat,” ucapnya.
Kendati demikian, Irma menegaskan bahwa komitmen Partai Nasdem mendukung Jokowi-Ma’ruf tidak berubah.
“Justru dengan menjadi mitra kritis maka Nasdem melaksanakan dwifungsi, sebagai pengawal presiden sekaligus menjadi penyambung aspirasi rakyat,” katanya. [ps]