Kumbanews.com- Ketika mendengar penyakit Avian Influenza, atau lumrah disebut flu burung, sebagian orang akan terngiang tentang penyakit yang sempat menghadirkan ketakutan bagi masyarakat belasan tahun lalu. Penyakit yang masih terus diteliti dari awal mula kemunculan hingga penyebarannya ini telah lebih dulu menjadi ancaman di negara lain, sebelum masuk ke Indonesia.
Avian Influenza terkenal dapat menyerang beberapa jenis hewan seperti unggas dan mamalia, serta berpotensi pula mengancam keselamatan manusia. Tahun 2003 merupakan titik mula merebaknya virus ini dalam jenis H5N1 di Tanah Air. Berbagai pihak ramai membincangkan tentang kejadian tersebut. Penyakit yang pada mulanya menyerang unggas ini sontak membuat resah.
Peternak pun dikagetkan dengan ribuan ayam yang mendadak mati. Kekhawatiran terhadap virus ini kian memuncak tatkala terdapat manusia yang ikut menjadi korban. Avian Influenza benar-benar mampu menyita perhatian publik secara cepat dan luas. Dari tahun ke tahun, segala upaya dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak nonpemerintah. Identifikasi demi identifikasi juga terus digiatkan.
Avian Influenza (H5N1) merupakan penyakit viral menular pada unggas yang disebabkan oleh Virus Influenza tipe A.
Penyakit yang sangat merugikan dan dapat menyebabkan kematian mencapai 100% serta bersifat zoonosis (menular dari hewan ke manusia), untuk gejala klinis flu burung pada unggas biasanya terjadi:
- Kelesuan yang parah
- Oedema/bengkak wajah
- Sianosis pada pial, jengger dan kulit perut
- Perdarahan kaki
- Penurunan produksi telur
Risman menjelaskan, bahwa “ini ada lah gejala pada unggas, maka bagi masyarakat yang mendapat situasi seperti diatas boleh melaporkan ke Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Balai Besar Veteriner Maros, dengan mengirimkan sampel yang diduga flu burung yaitu, serum, swab trachea atau kloaka dalam media transport dan organ dalam media transport (Gliserin 10% untuk isolasi,formalin 10% untuk histopathologi).”
“Balai Besar Veteriner Maros, akan melakukan pengujian laboratorium, untuk dilakukan pengecekan apakah positif flu burung atau tidak dengan cara isolasi virus pada telur tertunas, pemeriksaan serologi antibodi AI dengan uji HI,” ungkap, Kabag Umum Veteriner Maros, Risman, Minggu 26 Mei 2019.
Pemerikssan histopatologi pada hewan dengan deteksi antigen pada jaringan/organ dan pewarnaan Imunohistokimia (IHK). Identifikasi isolat virus dengan pemeriksaan R-PCR dan sekuensing, pengujian RT-PCR dengan primer H5.
Untuk gejala klinis flu burung pada manusia ada juga yaitu: Demam tinggi, batuk, pneumonia, sakit pada tenggorokan dan Infeksi saluran pernafasan.
Sementara pengobatan flu burung pada manusia, yaitu, segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat untuk pengobatan jika demam tinggi dan terkena kontak dengan unggas.
Langkah strategi pengendalian flu burung Balai Besar Veteriner Maros, sebagai berikut:
Peningkatan biosekuriti dengan isolasi, pengawasan lalu lintas dan sanitas
Vaksinasi yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang telah mendapatkan nomor registrasi dari pemerintah. Ayam pedaging (broiler)divaksin umur 4-7 dari, dosis: 0,2 ml, pemberian di bawah kulit pangkal leher. Ayam petelur (layer) dan pembibitan (breeder) divaksin pada:
- Umur 4-7 hari ,0,2 ml dibawah kulit pada pangkal leher
- Umur 4-7 minggu ; 0,5 ml dibawah kulit pada pangkal leher
- Umur 12 minggu ; 0,5 ml dibawah kulit pada pangkal leher
- Setiap 3-4 bulan diulang : 0,5.pada otot dada
- Depopulasi (pemusnahan terbatas)di daerah tertular. Pemusnahan selektif (depopulasi)dilakukan terhadap unggas sehat yang sekandang dengan unggas sakit dipeternakan tertular
4. Pengendalian lalu lintas unggas,produk unggas dan limbah peternakan unggas
5. Surveilans dan penelusuran
6.Pengisian kandang kembali(restocking):
- Peternakan diperbolehkan untuk mengisi kandang kembali setelah 30 hari setelah pengosongan kandang
- Sebelumnya harus dipastikan semua tindakan dekontaminasi (desinfeksi) dan disposal (pembakaran/penguburan)yang sesuai prosedur telah dilaksanakan
7. Stamping out (pemusnahan menyeluruh) di daerah tertular baru
8.Peningkatan kesadaran masyarakat (Public Awarenees)
9. Monitoring dan evaluasi
Dengan langkah ini sangat efektif menghindari penularan flu burung pada unggas.
Yusuf Hafid