Kumbanews.com – Patut disayangkan, di tengah semarak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia masyarakat Indonesia dihebohkan oleh penggalan video berisi ceramah Ustad Abdul Somad yang mengolok-olok Salib dan sosok Yesus yang tergantung di Salib tersebut.
Ceramah yang berisi olok-olok itu seperti sebuah antitesis dari peristiwa bersejarah 74 tahun silam ketika semua golongan menyatu untuk kemerdekaan karena isi ceramah itu justru berpotensi memecah belah rasa persatuan bangsa.
Begitu dituliskan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dalam keterangan yang dilansir Rmol, beberapa saat lalu.
Sebagai salah satu tokoh agama Islam terpandang di Indonesia, UAS seharusnya menjadi terang yang menerangi jalan perjuangan bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan dan garam yang memberikan rasa bagi hidup bersama di tengah keberagaman yang ada,” tulis keterangan yang ditandatangani oleh Ketua Presidium PMKRI Juventus Prima Yoris Kago dan Presidium Gerakan Kemasyarakatan PMKRI Rinto Namang.
“Alih-alih menjadi inspirator bagi kehidupan bersama yang baik, UAS malah menjadi provokator yang sangat mungkin merusak rasa persatuan yang selama ini diperjuangkan, dirajut, oleh setiap anak bangsa,” lanjut mereka.
Menurut Abdul Somad terlalu jauh membicarakan apa yang dia sendiri tidak paham, yakni soal teologi Katolik tentang Salib, tentang Sengsara dan Wafat Yesus di Salib, juga tentang Keselamatan.
“Ketidakpahaman itu akhirnya membuat dirinya menyebut sosok yang tersalib sebagai jin kafir. Itu jelas menghina karena sosok yang tersalib itu adalah Yesus Kristus, Tuhan yang diimani oleh umat Katolik,” tulis PMKRI lagi.
Sebagai seorang terpelajar, lebih lanjut PMKRI, pernyataan Abdul Somad itu sama sekali tidak mencerminkan intelektualitas, karena seorang terpelajar tidak akan merendahkan martabat intelektualnya dengan merendahkan keyakinan orang lain.
Sebelum mengakhiri pernyataan mereka, PMKRI menggarisbawahi lima hal.
Pertama, pernyataan Abdul Somad tentang Salib dan jin kafir itu merupakan bentuk kekeliruan dan kebodohan besar karena dia tidak paham dasar teologis dari Salib dan Keilahian Yesus Kristus tetapi berani menyebut itu sebagai bahan olok-olokan.
Kedua, pernyataan Abdul Somad itu berpotensi merusak rasa persatuan di tengah masyarakat mengingat hampir semua umat beragama yang ada di Indonesia adalah warga negara Indonesia.
Ketiga, PMKRI meminta Abdul Somad secara terbuka dan tulus menyampaikan permohonan maafnya kepada umat Katolik yang terlukai perasaannya karena pernyataan bodoh itu.
Keempat, PMKRI mengimbau seluruh umat Katolik untuk tidak terprovokasi dengan pernyataan Abdul Somad itu dan tetap menjaga persatuan di tengah keberagaman yang ada.
Terakhir, PMKRI mengimbau pemuka agama untuk mengedepankan rasa persatuan daripada provokasi perpecahan. Para pemuka agama harus menjadi suri tauladan dan edukator bagi umat dan masyarakat. (Rmol)